Capai Kesempurnaan Hidup, Pria Asal India Bertapa Selama 70 Tahun Tanpa Makan dan Minum
Kisahnya yang paling menarik adalah saat ia mengaku telah berpuasa selama 70 tahun, tanpa makan, tanpa minum, dan masih bertahan hidup.
TRIBUNJAKARTA.COM- Dalam upaya untuk mencapai tujuan hidup menuju Moksha atau menyatu dengan sang pencipta, beberapa umat Hindu menjalani Monasistisisme.
Monasistisisme merupakan praktik keagamaan di mana seseorang menyangkali tujuan-tujuan duniawi dengan maksud agar dapat membaktikan hidupnya semata-mata bagi karya rohani.
Beberapa orang menjani hidup sebagai kaum Monastik di sebuah biara, dan beberapa lagi menjalani hidup nya dengan mendekat ke alam semesta, dan menjauh dari keramaian duniawi.
Baca: Gelas yang Dibeli Meledak Saat Diisi Air Panas Hingga Gigi Patah, IKEA Digugat Rp 2 Miliar
Mengembara dari satu tempat ke tempat lain, menggantungkan hidup pada anugerah Tuhan belaka.
Mendermakan makanan atau keperluan lain hinga menjadi Sadhu diyakini umat Hindu sebagai suatu kebajikan besar.
Para Sadhu biasanya tidak dizinkan untuk memiliki harta benda kecuali alat pribadi seperti kaca mata dan pakaian, dan beberapa lagi sudah meninggalkan kebendaan material seperti kehidupan.
Sadhu Agori yang hidup dengan meninggalkan kemanusiaannya dan menyatu dengan semesta dengan cara radikal dan kontroversial, namun Sadhu Agori bukanlah satu-satunya Sadhu yang terkenal di India.
Baca: Tertangkap Basah Mencuri Burung Dara, 3 Remaja Ini Digelandang ke Polsek Pamulang
Masih banyak Sadhu lain untuk mendekatkan diri pada moksa, salah satunya adalah pertapa tua yang mengaku berpuasa hingga 70 tahun.
Prahlad Jani, seorang Shadhu, seorang petapa sakti yang mengaku telah memilih jalan Shadhu sejak usia 11 tahun, mengaku mendapat wahyu agama dan menjadi pengikut Hindu Goddes Amba.
Kisahnya yang paling menarik adalah saat ia mengaku telah berpuasa selama 70 tahun, tanpa makan, tanpa minum, dan masih bertahan hidup.
Ia dibesarkan di sebuah desa di Distrik Mehsana, meninggalkan duniawi sejak masih belia dan pergi ke hutan untuk mencari sang pemilik semesta.
Kepergiannya bahkan tanpa membawa bekal, hingga sebuah penelitian medis pernah dilakukan untuk membuktikan kebenaran ucapan Prahlad Jani.
Pada tahun 2003, Jani dirawat di rumah sakit dan belajar selama 10 hari. Peneliti menempatkannya di sebuah ruangan yang disegel dan di bawah pengawasan konstan.