Kisah Doli, Pemulung yang Tiap Malam Mencari Nafkah dari Sampah Hingga Subuh
Ia pun berkeliling mengais sampah dengan berjalan kaki sambil mendorong gerobaknya hingga Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA - Jalanan malam nan sunyi merupakan teman setia Doli dan Idjo untuk menemaninya berkeliling mengais sampah sepanjang Jalan Lenteng Agung hingga Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Doli dan si buah hatinya itu setiap hari mulai mengais sampah sejak selepas magrib hingga menjelang subuh.
"Saya sama anak saya ini berkeliling sejak Magrib. Dorong gerobak ngangkut sampah-sampah plastik yang ada di jalan kemudian dibawa ke tempat penampungan sampah langganan baru disana dibayar," ujarnya saat ditemui TribunJakarta.com pada Rabu (4/4/2018).
Namun, penghasilan yang ia raup dari penjualan barang bekas dalam sehari berkeiling terbilang kecil.
"Kecil sekali. Kadang 20 ribu atau paling besar 40 ribu. Buat makan susah apalagi kan saya ngontrak rumah di daerah Lenteng 500 ribu per bulan," keluhnya.
Ia pun berkeliling mengais sampah dengan berjalan kaki sambil mendorong gerobaknya hingga Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Baca: Anies Baswedan Dijadwalkan Hadiri Musrenbang Jakarta Timur 2018
"Saya berkeliling sama anak saya narik gerobak sampai Pasar Minggu terus udah tengah malam seperti sekarang ini saya istirahat sejenak di Lenteng Agung," ujar Doli seraya duduk beristirahat dan anaknya tampak sempat memejamkan matanya lantaran mengantuk.
Doli warga asli Cirebon ini tak memiliki modal apapun saat memutuskan untuk pindah ke Ibukota tempat yang ia kira mudah mencari pekerjaan.
"Dari kampung saya mutuskan untuk kesini nyari kerja. Padahal saya engga punya pendidikan tinggi tapi nekat kesini. Apalagi sekarang KTP saya dan istri saya hilang," lanjutnya.
Sebelum bekerja sebagai pemulung, ia sempat mencicipi pekerjaan sebagai tukang sapu jalan hingga kuli bangunan.
"Saya kesini 2008 kerja jadi tukang sapu pernah sama kuli bangunan pernah saya lakoni," tuturnya.
Doli berharap anaknya bisa menyongsong masa depan yang cerah kelak, namun itu hanya impiannya saja.
"Dulu sempet sekolah di yayasan pengajian, tapi sekarang berhenti karena saya udah engga tinggal di Pasar Minggu. Dia masih 7 tahun tapi belum ada rencana untuk saya menyekolahkannya," terang Doli.