Tengah Memperbaharui Tampilan Untuk Tarik Wisatawan, Ini Sejarah Pulau Bidadari

Pulau Bidadari merupakan satu diantara gugusan pulau yang terdapat di Kepulauan Seribu yang dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari.

Penulis: Anisa Kurniasih | Editor: Ilusi Insiroh
TribunJakarta.com/Anisa Kurniasih
Ilustrasi Pembaharuan Pulau Bidadari. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Anisa Kurniasih

TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Pulau Bidadari merupakan satu diantara gugusan pulau yang terdapat di Kepulauan Seribu yang dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari.

Merupakan pulau terdekat dengan Teluk Jakarta menjadikan Pulau Bidadari sebagai satu diantara pulau yang cukup diminati oleh wisatawan.

Sebagai sebuah kawasan wisata bahari dan resort sejak tahun 1972 yang dikelola oleh anak usaha PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk yaitu PT Seabreez Indonesia, Pulau Bidadari mulai menjadi pilihan destinasi wisata yang kerap dikunjungi.

Baca: Jurus Burjo Pengacara Setya Novanto, Fredrich Yunadi Berhasil

Selain nilai sejarahnya, pulau ini juga menawarkan wisata alam yang masih sangat alami.

Berada diantara Pulau Onrust, Pulau Kelor dan Pulau Cipir, Pulau Bidadari memiliki sejarah yang menarik.

Mulai dari menjadi tempat berlabuh sebelum mendarat ke Jakarta hingga menjadi benteng pertahanan Belanda dapat ditemui wisatawan penikmat sejarah.

Pada jaman penjajahan Belanda, tepatnya masa-masa kegiatan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, tempat ini dijadikan sebagai tempat penampungan bagi orang sakit.

VOC pada abad ke-17 membangun sarana dan prasarana rumah sakit (lazaretto) sebagai penunjang untuk menyembuhkan para penderita yang terjangkit, sehingga sebelum bernama Pulau Bidadari, pulau ini bernama Pulau Sakit.

Seperti layaknya pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu , Pulau Bidadari juga mempunyai nama Belanda yakni pulau Purmerend.

Pulau Bidadari bersama dengan tiga pulau lainnya yakni Onrust, Cipir (De Kuiper) dan Kelor (Kerkhof), menjadi saksi sejarah penting dimana keempat pulau ini menjadi tempat pertahanan, penyimpanan rempah-rempah sebelum dikirim ke Belanda dan menjadikan pulau-pulau tersebut sebagai area pengawasan atau pertahanan pertama sebelum masuk ke wilayah pemerintahan di Batavia.

Dalam perjalanannya, pulau ini mengalami catatan perang cukup panjang karena banyak yang ingin mendudukinya.

Pada tahun 1800, armada laut Britania Raya melakukan penyerangan terhadap pulau tersebut, dan direbut kembali oleh Belanda tahun 1803.

Baca: dr Bimanesh Sutarjo Sebut Luka Setya Novanto Lonjong Seperti Telur

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved