Kasus Terorisme

Marak Aksi Teror Libatkan Anak, Mantan Teroris Anggota JAD Ini Ungkap Fakta Ini

Bahkan, Ia mengungkapkan usai ibunda bergabung dengan JAD dan sosok ibu harus mempengaruhi keluarga terutama ayah untuk turut serta.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Kurniawati Hasjanah
YouTube
() 

TRIBUNJAKARTA.COM - Beberapa waktu belakangan terjadi rentetan aksi teror melibatkan satu keluarga.

Diketahui, Pada hari Minggu (13/5), satu keluarga beserta empat anaknya melakukan aksi bom di 3 gereja yang berbeda yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menuturkan pelaku di Gereja Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna adalah sang ayah yang bernama Dika Supriyanto.

Sang ayah sebelumnya sempat mengantarkan istri dan dua anak perempuannya ke Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro.

Istrinya yakni Puji Kuswanti dan dua anak perempuannya yakni Fadilasari (12 tahun) dan Pamela Rizkita (9 tahun) meledakkan diri di sana.

Sementara di lokasi ketiga yakni di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, pelaku berjumlah dua orang.

Mereka diduga adalah anak laki-laki dari Dika Supriyanto yakni Yusuf (18 tahun) dan Lukman (12 tahun).

Tak berhenti sampai disitu, keesokan harinya bom bunuh diri kembali terjadi di Polrestabes Surabaya yang diduga dilakukan oleh orangtua dan anaknya.

Tim dari kepolisian mensterilkan area Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jemaat Sawahan, Jalan Arjuna Surabaya pasca ledakan pada Minggu (13/5/2018)
Tim dari kepolisian mensterilkan area Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jemaat Sawahan, Jalan Arjuna Surabaya pasca ledakan pada Minggu (13/5/2018) (TRIBUNJATIM.COM/AQWAMIT THORIQ)

Bom bunuh diri melibatkan lima orang yang menggunakan dua sepeda motor itu terjadi sekira pukul 08.50 WIB, di pintu gerbang masuk Polrestabes Surabaya.

Baca: Marak Aksi Terorisme, Tito Karnavian Ditanya Keamanan Indonesia, Begini Jawaban Mengejutkannya

Bom meledak saat dua sepeda motor itu tengah diperiksa oleh para polisi.

Sebanyak empat orang pelaku tewas di tempat, sedangkan seorang anak kecil yang duduk di bagian depan sepeda motor masih menjalani perawatan di rumah sakit.

"Jadi ada empat pelaku dan satu anak kecil. Empat pelaku tewas di lokasi sedang si anak selamat, sekarang dalam perawatan," jelas Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Polda Jatim, Surabaya, Senin.

Menurutnya saat itu para pelaku berusaha masuk ke Polrestabes Surabaya. Di pintu gerbang, mereka diberhentikan petugas untuk menjalani pemeriksaan.

"Nah saat diperiksa ini terjadilah ledakan," ujar Kapolri.

Bom meledak di Polrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018)
Bom meledak di Polrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018) (ISTIMEWA)

Pelaku bom bunuh diri itu diidentifikasi bernama Tri Murtiono (50), bersama istrinya Tri Ernawati (43), warga Surabaya.

Pasangan suami istri itu mengajak dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan bernama Ais.

Adanya berbagai peristiwa teror itu membuat Jamaah Ansharud Daulah (JAD) diduga jadi pihak di balik serangan bom.

"Apa yang terjadi di Mako Brimob, di Surabaya dan Riau hingga penangkapan di Sumatera hingga Banten itu bisa saya langsung menunjuk kelompok JAD," imbuh Kapolri Tito Karnavian di acara Mata Najwa, Rabu malam (16/5/2018).

Dilansir dari video YouTube Channel CNN Indonesia, seorang mantan teroris anggota berinisial N-M menceritakan kisahnya hingga bergabung ke kelompok itu. kalau
Ia mengatakan kalau sang ibunda yang memberinya semangat untuk bergabung.

Baca: Saat Ditangkap, Choir Terduga Teroris Sedang Cari Karyawan Baru, Rekrut Teroris?

"Karena waktu itu ibu saya banyak berteman dengan orang-orang JAD dan termasuk pembesarnya (tokoh) yang ada di Indonesia," imbuhnya.

Bahkan, Ia mengungkapkan usai ibunda bergabung dengan JAD dan sosok ibu harus mempengaruhi keluarga terutama ayah untuk turut serta.

"Ayah saya waktu itu masih jalani proses hukum di Lapas Kediri," katanya.

Ia menyatakan, saat itu ibunda membesuk sang ayah seraya memberikan informasi dan mengajak ayah untuk bergabung.

"Usai keluar dari penjara, ibu bawa ayah saya ke Jawa Barat ke pondok Ustad Fauzan al Anshori," paparnya.

Keduanya disebut menyakini apabila JAD merupakan jamaatul muslimin kholifah yang sebenarnya.

"Usai bapak ibu berbaiat kepada JAD, kepada Abu Bakar Al Baqhdadi (pemimpin ISIS) kemudian mengajak anak-anaknya terutama saya, anak yang paling besar," tegasnya.

Ia bahkan menjelaskan kalau dirinya memiliki 10 bersaudara dan sang adik masih kecil-kecil yang harus dibimbing orang tua.

"Tentunya orang tua ini pengen anaknya bergabung dengan JAD karena mumpung masih kecil, bagaimana didoktrin dengan ajaran yang dianut," tukasnya.

Cara doktrin yang mereka lakukan dengan memperlihatkan penyembelihan tawanan.

"Kebiadaban dengan video yang ditenggelamkan, video yang ditindas tank. Semua ini tak ada di zaman Rasulullah SAW," jelasnya.

Menurutnya, reaksi para adik ketika melihat video itu imajinasinya langsung terbawa.

"Terbawa bahwasanya apa yang dilakukan eksekutor JAD itu benar karena menurut mereka yang dieksekusi itu korbannya adalah kafir, murtad, mata-mata sesuai dengan apa yang mereka anggapkan," katanya.

Baca: Bocah SMP Ini Halangi Bom Mobil Gereja Surabaya Hingga Tewas, Ayahanda Anakku Kepalanya Hancur

Lebih lanjut, dirinya menyatakan kalau orang tua berhasil mempengaruhi adik-adiknya terutama adik nomor 5.

"Makanya dengan itu, bagaimana usaha saya menyelamatkan adik-adik saya yang lain agar jangan sampai ketangkap lagi dan terpengaruh jamaah tersebut," tukasnya.  (TribunJakarta.com/Kurniawati Hasjanah)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved