Sidang Bom Thamrin

Kuasa Hukum Aman Abdurrahman Bantah Kliennya sebagai Otak Bom Thamrin

Asrudin mengklaim, Aman tidak memiliki peran apapun dalam aksi teror di Indonesia, termasuk Bom Thamrin dan Bom Kampung Melayu pada 2016

Editor: Muhammad Zulfikar
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
Terdakwa Aman Abdurrahman alias Oman menjalani sidang keterangan saksi di PN Jakarta Selatan, Jakarta, Jumat (23/2/2018). Aman Abdurrahman didakwa sebagai salah satu orang yang terlibat dalam teror bom di Jalan MH Thamrin, dan yang merencanakan atau menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana terorisme. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Kuasa hukum terdakwa kasus dugaan terorisme Aman Abdurrahman alias Oman Rochman alias Abu Sulaiman bin Ade Sudarma, Asrudin Hatjani menilai bahwa tuntutan mati atas kliennya tidak bijaksana.

Asrudin mengklaim, Aman tidak memiliki peran apapun dalam aksi teror di Indonesia, termasuk Bom Thamrin dan Bom Kampung Melayu pada 2016.

"Kalau kita meruntut fakta yang terungkap di persidangan maka tidak ada satu pun saksi atau bukti yang bisa menjerat Ustad Aman terhadap atau kaitannya dengan bom Thamrin, Kampung Melayu, dan bom di Samarinda. Intinya tak ada kaitan Ustad Aman dengan bom Thamrin, Kampung Melayu dan bom Samarinda," kata Asrudin Hatjani usai persidangan Aman di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (18/5/2018).

Diketahui, dalam persidangan, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut terdakwa kasus dugaan terorisme Aman Abdurrahman alias Oman Rochman alias Abu Sulaiman bin Ade Sudarma dengan hukuman mati.

Baca: Ketatnya Pengamanan Sidang Aman Abdurrahman: Polisi Bersenjata Penuhi Ruang Sidang

Jaksa menilai terdakwa terbukti memenuhi semua dakwaan yang didakwakan padanya.

"Menuntut majelis hakim untuk menjatuhkan pidana pada terdakwa pidana mati," ujar JPU.

Aman didakwa sebagai aktor intelektual lima kasus teror, yaitu Bom Gereja Oikumene di Samarinda tahun 2016, Bom Thamrin (2016) dan Bom Kampung Melayu (2017) di Jakarta, serta dua penembakan polisi di Medan dan Bima (2017).

Aman disangkakan melanggar Pasal 14 juncto Pasal 6, subsider Pasal 15 juncto Pasal 7 UU Nomor 15/2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dengan ancaman pidana penjara seumur hidup atau hukuman mati.

Aman juga disangka dengan Pasal 14 juncto Pasal 7 subsider Pasal 15 juncto pasal 7 UU Nomor 15/2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dengan ancaman pidana penjara seumur hidup. (Fransiskus Adhiyuda Prasetia)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved