Teroris Sengaja Cari Calon Pengantin yang Pandai Agar Gampang Dicuci Otak

"Kenapa? Karena proses brain washing kan harus diajak diskusi, nah yang suka diskusi ini biasanya adalah anak-anak unggulan,"

Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJATIM.COM/SOFYAN ARIF CANDRA SAKTI
Penjagaan ketat dilakukan di tempat kejadian perkara (TKP) baku tembak antara terduga teroris dan Densus 88 di Jalan Sikatan 1, Manukan, Surabaya, Selasa (15/5/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM, SURABAYA - Pelaku teror bom di Surabaya, Dita Oepriarto diletahui bukan sosok biasa. Dia adalah lulusan SMA bergengsi di Surabaya, sekaligus lulusan Kimia universitas ternama.

Ahmad Faiz Zainuddin teman ngaji Dita, yang statusnya sempat viral di Facebook ini mengatakan sejak dahulu para kelompok jalur keras selalu mencari bibit-bibit unggulan. Mereka memang butuh anak-anak pintar.

"Kenapa? Karena proses brain washing kan harus diajak diskusi, nah yang suka diskusi ini biasanya adalah anak-anak unggulan. Tapi brain washing saat SMA dulu nggak ngajak perang, cuma menyalahkan sistem negara saja nggak sesuai Islam, stadium dua lah," tuturnya kepada Surya.co.id (tribunajtim.com), Selasa (22/5).

Faiz mengaku generasi muda saat ini juga cenderung lebih banyak yang mengikuti Islam jalur keras.

Dia menceritakan beberapa orang tua datang kepadanya mengeluhkan sang anak mendapatkan pengajaran dari guru, untuk tidak hormat saat upacara bendera.

"Jangan salah, pendidikan terorisme itu bahkan diberikan di sekolah-sekolah, bahkan di SD. Saya tahu juga karena orang tua ada yang mengeluh, anaknya mendapat pelajaran begitu dari guru di kelas," jelas Faiz, yang berprofesi sebagai trainer ini.

Untuk itu Faiz mengaku agar pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia peka dan mencegah munculnya bibit-bibit terorisme sejak dini.

Faiz menjelaskan jika cara memberantas bibit terorisme ini bukan dengan kekerasan.

"Mereka ini sebenarnya orang-orang baik, hanya saja ideologinya yang salah. Jangan dimusuhi karena mereka akan semakin keras," katanya.

Sebagai saran, Faiz mengatakan bahwa pemerintah seharusnya melawan mereka dengan cara yang sama. Yaitu membuat kelompok ideologi tandingan.

"Kalau pemerintah seperti sekarang ini, saya yakin ga bisa teratasi masalah teroris. Harus ditandingi dengan kelompok sejenis. Hadirkan pengajian yang bisa menandingi wacana yang mereka tanamkan di benak anak-anak ini," tambahnya.

Faiz mengatakan sampai sekarang pemerintah hanya berlaku sebagai establish company yang bersifat kaku, nggak bisa lincah. Sementara teroris ini adalah start up.

"Nggak bisa begitu, pemerintah juga harus menciptakan start up-start up seperti para teroris ini lakukan, untuk melawan mereka," katanya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Faiz mengaku ada empat stadium seseorang bisa berubah menjadi teroris.

"Stadium empat sekarang jumlahnya masih kecil, tapi kalau stadium satu sudah banyak. Terorisme itu nggak ujug ujug orang jadi teroris. Mereka berevolusi," tegasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved