Berkunjung ke Cirebon? Jangan Lupa Mencicip Docang Khas Cirebon, Makanan Sehat Para Wali
Dihadapan kami, makanan peninggalana Para Wali itu memang sangat menggugah selera. Sesendok sambal menambah citra rasa lebih lengkap.
TRIBUNJAKARTA.COM - Jika anda berkunjung ke Cirebon, kuliner seperti empal gentong, nasi jamblang hingga tahu gejrot sudah pasti tidak asing terdengar, karena makanan itu umumnya hadir di kota-kota besar seperti Jakarta.
Namun, Cirebon punya satu kuliner lezat lain. Docang namanya. Makanan yang menyerupai lontong sayur itu memang kurang familiar jika dibanding dengan Nasi Jamblang atau Empal Gentong, tapi soal rasa, jangan pernah meragukannya.
Saat tim lintas Jawa melintasi Cirebon sekitar pukul 03.00 WIB, terlihat beberapa kedai makanan yang berjajar rapih tepatnya di Jalan Kesambi Raya setelah palang pintu kereta api Stasiun Prujakan.

Baca: Yuk Intip Pembuatan Dodol Betawi yang Dimasak dengan Kayu Bakar
Nasi kuning dan nasi jamblang terlihat berada di barisan yang sama. Deretan dua hingga tiga kedai itu tampak mencolok dari kejauhan dengan perpaduan warna dasar oranye ditambah sorot lampu yang terang. Belum lagi, daftar menu yang terpampang jelas di spanduk-spanduk setiap kedai yang bertujuan untuk menggugah selera pembeli.
Fokus kami sempat berubah, saat menoleh ke kanan atau seberang kedai nasi kuning dan nasi jamblang.
Ya, di situ ada satu kedai yang membuat kami akhirnya berpaling. Docang Khas Cirebon Ibu Wiwi Kesambi adalah penyebabnya.
Sebuah mobil dengan beberapa motor pun sudah terparkir rapih di depan kedai Ibu Wiwi. Bahkan, sebagian kedai Ibu Wiwi pun hampir tidak terlihat akibat terhalang deretan kendaraan itu.
Kami pun berputar arah dan bergabung dengan kerumunan para pencinta makanan peninggalan para Wali itu.
Bapak tua yang tadinya duduk langsung berdiri dan merapikan piring bekas para pelanggan yang telah selesai menyantap hidangannya.
“Sebentar, saya beresin dulu ya mas,” ujar Otong, bapak tua yang merupakan suami dari Bu Wiwi pendiri docang di Kawasan Kesambi.
Usai itu, Otong pun menyiapkan tiga piring yang dipersiapkan untuk kami. Satu demi satu isi Docang seperti daun singkong muda, parutan kelapa, tauge, oncom, kerupuk aci dan potongan lontong pun mengisi masing-masing piring hingga akhirnya disiram dengan kuah panas yang diambilnya dari dalam panci. Docang pun siap saji.
Baca: Waspada Jalan Bergelombang dan Lubang di Jalur Pantura

Dihadapan kami, makanan peninggalana Para Wali itu memang sangat menggugah selera. Sesendok sambal menambah citra rasa lebih lengkap.
Sambil menyantap, saya pun bertanya tentang asal usul docang kepada kerabat Otong, Roni yang sedari tadi membantunya, menurut Roni docang merupakan makanan peninggalan Para Wali yang masih ada hingga sekarang ini.
“Makanan ini sudah dari jaman Para Wali. Ini makanan sehat karena semuanya hasil dari kebun seperti singkong, tauge, parutan kelapa, oncom sama ditambah kerupuk aci,” kata Roni yang mengaku sebagai Ketua RT di kawasan tersebut.
Menurut cerita yang beredar sendiri, docang merupakan singkatan dari bodo alias bungkil dan kacang yang menjadi bahan utama kudapan ini. Sejarah docang tak lepas dari perjalanan penyebaran agama Islam di tanah Cirebon.