Singapura dan Jepang Tidak Punya Pengalaman Evakuasi Kapal dari Kedalaman lebih dari 100 Meter

Syaugi mengatakan meminta bantuan berupa masukan dan peralatan teknologi yang bisa digunakan untuk mengevakuasi jenazah dan kapal dari kedalaman 450 m

Editor: Erik Sinaga
Keluarga korban tenggelam KM Sinar Bangun menangis saat mengikuti aksi menyalakan lilin dan doa untuk korban di Dermaga Tigaras, Simalungun, Sumatera Utara, Minggu (24/6/2018). Kegiatan tersebut untuk mendoakan para korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba. (TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI) 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal TNI Muhammad Syaugi mengatakan pihaknya telah menjalin komunikasi dengan Jepang dan Singapura dalam upaya mengevakuasi jenazah dan Kapal Motor Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba pada Selasa (18/6/2018) lalu.

Dalam komunikasinya tersebut Syaugi mengatakan meminta bantuan berupa masukan dan peralatan teknologi yang bisa digunakan untuk mengevakuasi jenazah dan kapal dari kedalaman 450 meter di dalam Danau Toba.

Raih Beragam Penghargaan, Dian Pelangi Bongkar Perjuangannya di SMK Sempat Kecewa

Namun ia mengatakan, Jepang dan Singapura belum memiliki teknologi untuk mengevakuasi dan mengangkat kapal dari kedalaman lebih dari 100 meter.

Ia pun mengatakan bahwa dua negara tersebut belum memiliki pengalaman serupa.

"Saya udah kontak negara-negara lain seperti Singapura, Jepang. Mereka belum pernah mengevakuasi mengangkat korban atau kapal lebih dari 100 meter itu belum punya. Maksimal itu 100 meter dengan menggunakan high technology (teknologi tinggi) kemudian high cost (biaya tinggi). Mereka pun belum punya pengalaman," kata Syaugi saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (29/6/2018).

Ia mengatakan ada kendala selain kedalaman Danau Toba dan keterbatasan teknologi dalam operasi evakuasi jenazah dan KM Sinar Bangun seperti suhu minus derajat celcius dan air tawar yang berada di Danau Toba membuat jenazah yang tenggelam tidak cepat membusuk sehingga bisa mengapung ke permukaan.

Kendala berikutnya adalah cuaca dan ombak tinggi yang kerap muncul di permukaan danau.

Bahkan dalam proses evakuasi, ia sempat menemukan ombak setinggi satu sampai dua meter yang membuat kapal-kapal evakuasi oleng.

Persija Vs Persib, Febri Siap Berduel Melawan Rezaldi Hehanusa

"Cuaca di sana kadang-kadang. Di situ dua kali ada ombak satu sampai dua meter. Nggak percaya kan? Tapi memang begitu. Kapal itu miring-miring, ngeri lah kita," ungkap Syaugi.

Ia mengatakan sebanyak 100 personel Basarnas diturunkan dalam operasi tersebut.

Jika ditambah dengan tim gabungan dari TNI, Polri, Kementerian Perhubungan, dan Pemerintah daerah maka total keseluruhan personel yang diterjunkan pemerintah ada 920 orang.

Selain itu ia juga mengatakan telah bertemu langsung dengan tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat setempat untuk meminta izin melakukan pencarian sejak awal pencarian.

Pihaknya telah berkomunikasi dengan keluarga korban yang masih menunggu dan berupaya mencari sejak kapal yang kelebihan beban karena diperkirakan mengangkut hampir 200 orang dan puluhan sepeda motor tenggelam pada Selasa 18 Juni lalu.

Untuk upaya pencarian di perairan, Basarnas juga mengajak para anggota keluarga korban untuk ikut dalam kapal dan helikopter yang digunakan Basarnas agar para keluarga dapat menyaksikan sendiri upaya yang telah dilakukan oleh Basarnas.

Selain di perairan, pihaknya telah berupaya juga melakukan penyisiran daratan di tepi danau.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved