Piala Dunia 2018
Rusia 3 - 4 Kroasia, Karakter Juara Subasic Jadi Kunci Kemenangan
EPOS alias cerita kepahlawanan Danijel Subasic terus berlanjut. Ia jadi pahlawan Kroasia dengan menepis tiga tendangan penalti
Penulis: deny budiman | Editor: ade mayasanto
TRIBUNJAKARTA.COM - EPOS alias cerita kepahlawanan Danijel Subasic terus berlanjut.
Ia jadi pahlawan Kroasia dengan menepis tiga tendangan penalti saat melawan Denmark (2/7/2018) yang mengantarkan Kroasia ke perempatfinal Piala Dunia 2018.
Tapi yang dilakukan sang kiper saat melawan Rusia dalam perempatfinal di Olimpiyskiy Stadion, Sochi, kemarin (8/7/2018), jauh lebih menggetarkan lagi.
Subasic mengalami cedera serius di bagian kakinya pada detik-detik akhir babak kedua saat skor masih 1-1.
Dia mengerang-erang kesakitan sembari terus mengusap-usap bagian belakang kakinya di dekat area hamstring, dan sepertinya ia butuh untuk diganti.
Kiper pengganti sudah mulai melakukan pemanasan di pinggir lapangan.
Bersiap-siap masuk jika kondisi Subasic sudah tak bisa ditolerir.
Tapi sang kiper pelapis ternyata tak juga masuk lapangan.
Subasic sembari menahan nyeri ternyata masih bisa terus memaksakan diri bermain di babak tambahan.
Dalam perpanjangan waktu, Kiper AS Monaco ini bahkan bisa melakukan penyelamatan dengan mengeblok tendangan Daler Kuziaev.
Namun ia tak berdaya saat sundulan Mario Fernandes mengoyak gawangnya di menit ke-115, yang memastikan laga berlanjut ke adu penalti.
• Korban Tewas Kebakaran Gedung Kemenhub Ditemukan di Tangga Darurat dalam Kondisi Nyaris Telanjang
Subasic tak perlu sampai melakukan tiga kali penyelamatan seperti saat melawan Denmark.
Setelah menepis tendangan eksekutor pertama Rusia, Fyodor Smolov, ia kemudian bisa rileks setelah Mario Fernandes tendangannya meleset.
Dan tendangan Ivan Rakitic yang menjebol gawang Rusia memastikan Kroasia lolos dengan kemenangan 4-3.
Untuk kedua kalinya sepanjang sejarah, negara Balkan ini lolos ke semifinal.
Subasic kembali dielu-elukan sebagai pahlawan.
Lebih dramatis lagi karena kemarin kiper berusia 33 tahun ini harus melalui perjuangan melawan sakit di paha belakang.
Empat penyelamatan penalti dari Subasic (tiga kontra Denmark, dan satu kontra Rusia) membuatnya menyamai rekor para kiper legendaris Piala Dunia, yakni Harold Schumacher dari Jerman Barat, dan Sergio Goygochea dari Argentina.
• Gedung Kemenhub Terbakar, Korban Minta Tolong dengan Lempar Kertas: Kalau Jendela Tertutup Saya Mati
Ketiganya melakukannya dalam satu turnamen Piala Dunia.
"Ia masih bisa terus bermain, dan itu hal yang paling penting," ujar kapten Kroasia, Luka Modric.
"Saya tak tahu pasti bagaimana pengaruh cedera itu. Yang jelas, ia melakukan penyelamatan fantastis untuk penalti pertama."
Kata Modric, sepanjang pertandingan, ia berulang-kali menanyakan kondisi Subasic.
"Jawabannya selalu sama. Dia bilang oke, dan oke. Ia begitu penuh semangat, dan tak kenal takut. Terima kasih Tuhan ia baik-baik saja," kata Modric.
Pelatih Kroasia, Zlatko Dalic mengakui telah berjudi dengan kondisi Subasic hingga babak tambahan.
Tapi ketika Sime Vrsaljko juga cedera lutut di menit ke-97, maka ia terpaksa menggunakan pemain pengganti terakhir untuk mengganti sang bek.
Dengan demikian, Subasic harus memaksakan diri terus tampil di bawah mistar, separah apa pun kondisi cederanya.
Toh, Dalic sudah punya feeling kuat bahwa Subasic tak hanya akan bisa bertahan sampai bubaran, tapi juga bakal kembali menjadi penyelamat timnya.
"Saya telah lama mengenalnya. Saya tahu para pemain ini punya karakter juara sejati. Dan siapa yang punya karakter seperti itu, dialah yang akan menang," tuturnya bangga.
Kroasia akan bertemu Inggris dalam semifinal di Stadion Luzhniki, Moskow 12 Juli mendatang.
Jika bisa kembali menang lewat adu penalti, dan melaju ke final untuk kemudian menang lagi lewat adu penalti, maka Kroasia akan mengikuti jejak Argentina yang jadi juara di Piala Dunia 1990 lewat serangkaian adu penalti.
Tak Ingin Adu Penalti Lagi
Luka Modric tak mau terlalu lama larut dalam kebahagiaan setelah mengantarkan timnya ke semifinal Piala Dunia 2018.
Ia fokus ke laga selanjutnya kontra Inggris pekan depan (15/7/2018).
Ia menyebutkan, dua laga terakhir yang dimenangkan dengan adu penalti, sudah lebih dari cukup.
Setelah mengalahkan Denmark lewat tos-tosan 3-2 (2/7) di babak 16 besar, tim berjuluk The Vatreni ini kembali harus adu penalti saat mengalahkan tuan rumah Rusia 4-3 di perempatfinal kemarin.
Dengan demikian, pasukan Kroasia ini bermain total selama 510 menit dalam dua laga terakhir.
Sedang calon lawan mereka, Inggris hanya bermain 480 menit, lebih irit 30 menit, dalam dua laga terakhir.
Tim Tiga Singa menang normal 2-0 atas Swedia kemarin, setelah sebelumnya bersusah-payah mengakhiri perlawanan Meksiko lewat adu penalti 3-4 (4/7/2018).
"Harusnya kami bisa menyelesaikan pertandingan di waktu normal, tanpa perlu ke babak tambahan, apa lagi adu penalti. Tapi mungkin sudah ditakdirkan kami harus melalui drama ekstra ini," ujar sang kapten.
Ia bertekad, melawan Inggris nanti timnya harus bisa menang secara normal.
Alasannya sederhana, ia tak ingin tenaga timnya terkuras untuk laga final mendatang.
"Kami baru saja menorehkan sejarah hebat, tapi kami ingin melangkah lebih jauh lagi," ujar Modric yang terpilih sebagai man of the match di laga tersebut.
Kontribusi gelandang Real Madrid ini memang patut diacungi jempol.
Ia tak hanya menyumbangkan assist untuk gol Domagoj Vida pada menit ke-101, dan sukses mengeksekusi penalti.
Tapi juga terus menjadi motor serangan tim sepanjang pertandingan.
Gelandang serang 32 tahun ini total melepaskan tiga tendangan akurat, dan empat umpan kunci.
Ia juga jadi pemain yang paling banyak menyentuh bola, 140 kali.
Selain itu, ia jadi pemain paling rajin melepaskan umpan, sebanyak 102 umpan, dengan 87,3 persen sukses.
Namanya kini mulai digadang-gadang sebagai salah satu kandidat pemain terbaik.
Namun, Modric yang juga sukses mengantar Real Madrid meraih tiga kali trofi Liga Champions secara beruntun ini, mengaku tak terlalu memikirkan pencapaian prestasi pribadi.
"Yang paling penting saat ini adalah tim ini bisa mencapai prestasi tertinggi. Dan rasanya kami pantas mendapatkan itu," ujarnya optimistis.