Sandiaga Uno Akan Rayakan World Clean Up Day di Monas Pada September Mendatang
Membuang sampah tidak pada tempatnya nampaknya masih menjadi tradisi yang menempel pada masyarakat DKI Jakarta hingga kini.
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Ilusi Insiroh
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, RAGUNAN - Membuang sampah tidak pada tempatnya nampaknya masih menjadi tradisi yang menempel pada masyarakat DKI Jakarta hingga kini.
Tak hanya terjadi pada masyarakat kelas menengah kebawah saja, bahkan beberapa masyarakat elit pun masih terlihat melakukan hal tersebut.
Diketahui, kali ini Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno akan mengadakan kegiatan World Clean Up Day di Monas pada bulan September mendatang.
Acara ini merupakan sebuah kegiatan bersih-bersih yang juga puncak dari kegiatan World Cean Up Day yang dilakukan di beberapa titik.
"Betul. Dikatakan bahwa pertengahan September nanti, kita akan ada kegiatan World Clean Up Day, dan untuk pertama kalinya, saya memindahkan (lokasi). Biasanya di Tamrin, sebelumnya di Bundaran HI, sebelumnya di GBK. Untuk pertama kalinya karena dampak signifikan dari kegiatan World Clean Up Day ini kita akan lakukan di Monas," ujar Sandiaga Uno saat membuka acara Clean Up Day di Kebun Binatang Ragunan Minggu, (22/7/2018).
Menurut Sandi, dengan budaya masyarakat yang masih saja membuang sampah sembarangan, akan menyebabkan 7000 ton sampah DKI yang dihasilkan akan terus bertambah.
Sebagai contoh, Sandi membandingkan budaya masyarakat Tokyo dan Singapura dengan DKI Jakarta.
Katanya, di negara tersebut justru tong sampah hampir tak terlihat.
"Kalau ke Tokyo, cari tong sampah susah banget. Kenapa? Karena budaya masyarakat sudah tidak nyampah. Sekarang kan kalau kita protes, mana sih tempat sampahnya, ini kurang tempat sampahnya. Kalau di Tokyo dan Singapura sudah jarang tong sampah," kata Sandi.
"Jadi 7.000 ton perhari sampah yang dihasilkan DKI akan bertambah terus. Kita akan kelola tapi alangkah baiknya kalau masyarakat reduce, reuse, dan recycle," tuturnya.