Bukan AHY, Ini 3 Calon Wakil Presiden Pendongkrak Suara Prabowo Subianto di Pilpres 2019

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, atau mantan Menko Maritim Rizal Ramli seharusnya menjadi pendamping Prabowo Subianto ketimbang AHY

Editor: ade mayasanto
(Dok. Partai Demokrat)
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono beserta Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Selasa (24/7/2018), di rumah SBY, Kuningan, Jakarta Selatan. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio memiliki catatan soal calon wakil presiden yang ditengarai bisa mendongkrak perolehan suara Prabowo Subianto di pemilihan presiden 2019 mendatang.

Catatan Pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) ini menyebut, sosok Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, atau mantan Menko Maritim Rizal Ramli seharusnya menjadi pendamping Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2019, ketimbang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Bukan hanya itu, sosok Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjoastuti pun layak untuk menjadi Cawapres Prabowo Subianto.

"Peluang terbesar Prabowo menang itu, dari hasil survei kedaiKopi itu kan dengan Anies Baswedan atau Menteri Susi, atau dengan Rizal Ramli," ujar Hendri Satrio kepada Tribunnews.com, Selasa (31/7/2018) lalu.

Nah, kata dia, kalau dengan putera sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, sulit bagi Prabowo untuk menggapai kemenangan menghadapi pasangan petahana Joko Widodo (Jokowi).

"Kalau dengan Mas AHY ya sulit untuk menang," jelasnya.

Alasnnya, AHY tidak memiliki basis elektoral yang baik. Sedangkan Prabowo, kata dia, memiliki elektabilitas yang relatif kecil yakni 20-an persen. Artinya masih jauh dibawah Jokowi yang punya elektabilitas 50-an persen.

"Jadi disparitas dengan pak Jokowi pun terlalu jauh," jelasnya.

Memang kata dia, dalam politik semuanya bisa saja terjadi, termasuk menang dalam Pilpres 2019.

Tapi jika mau dinilai melalui acuan analisis politik, maka yang terjadi adalah sangat sulit kemenangan itu akan ada di pihak Prabowo-AHY.

"Menang sih masih ada, tapi sangat kecil," prediksinya.

"Karena Prabowo-AHY ini akan sangat sulit sekali untuk menghadapi Jokowi dengan siapa pun pasangannya," tegasnya.

Bukan itu saja, kalau akan terjadi demikian, berarti kata dia, Prabowo ikut mengantarkan AHY menjadi sosok paling diperhitungkan pada Pilpres 2024.

Timbulkan Kemacetan Panjang, Hanya 7 dari 19 Gerbang Tol yang Ditutup

Bukan hanya Prabowo, tapi juga partai-partai pendukung lainnya turut mengantarkan AHY menjadi Capres terkuat di 2024.

"Kalau Prabowo-AHY, pak Prabowo ikut mengantarkan menjadi seseorang nanti di 2024, ntah maju sebagai Capres maupun Cawapres nantinya," paparnya.

Dia tidak mau menilai itu kerugian atau keuntungan bagi Prabowo atau Partai Gerindra dan koalisi, karena mengantarkan AHY menjadi sosok yang sangat kuat di Pilpres 2024.

Ia mengembalikan semuanya kepada Prabowo dan Gerindra serta partai pendukung lainnya terkait putusan akan menduetkan Prabowo-AHY menjadi penantang pasangan petahana Jokowi di Pilpres 2019.

"Kalau terjadi Prabowo-AHY, berarti Prabowo baik sekali, dia mengantarkan AHY menuju 2024 dengan posisi dan daya tawar yang lebih baik daripada sekarang," jelasnya.

Dalam survei teranyar KedaiKOPI, elektabilitas Jokowi masih tertinggi dibandingkan kandidat Capres lainnya.

Hal itu terungkap dalam hasil survei terbaru dari Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia), yang dirilis Rabu (11/7/2018).

Menurut KedaiKOPI, elektabilitas Jokowi mencapai 47,8 persen. Disusul dengan Prabowo Subianto (24,4 persen).

Sederet Fakta Sopir Taksi Online yang Tewas di Sumedang, Pesan WA Terakhir hingga Order Offline

Setelah Prabowo, ada nama Gatot Nurmantyo (2,6 persen), Anies Baswedan (1,8 persen), Rizal Ramli (1,4 persen), dan SBY (0,4 persen).

Lain hal dengan Pengamat politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing.

Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dinilai sebagai figur yang tepat sebagai calon wakil presiden (Cawapres) untuk mendampingi Prabowo Subianto, di Pilpres 2019.

Ini tak lepas dari tingginya elektabilitas putra Presiden ke-6 RI‎, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, dibanding bakal cawapres lain.

Ia yakin nama AHY akan dipertimbangkan secara serius oleh Prabowo.

"AHY akan dipertimbangkan secara sangat serius. Sebagai representasi kalangan milenial, kapasitas intelektual AHY juga tak perlu diragukan," kata Emrus, dalam keterangan tertulis, Kamis (2/8/2018) kemarin.

Emrus menilai, untuk semakin mengerek elektabilitas Prabowo - AHY, keduanya harus mulai bisa memberikan tawaran-tawaran program yang bisa menyentuh kebutuhan masyarakat milenial.

Dengan tawaran-tawaran program riil, yang bisa menyentuh masyarakat milenial, Emrus yakin elektabilitas pasangan ini akan semakin tinggi.

"Sosoknya sudah representasi milenial. Maka, program-program yang ditawarkan‎ juga harus mampu menyentuh kebutuhan masyarakat, utamanya kaum milenial," ucap Emrus.

‎Dia mencontohkan, salah program milenial itu adalah pembangunan ekonomi kreatif, dengan pendekatan milenial. Atau misal lain, sistem pertanian yang berbasis teknologi informasi (IT). ‎

"Dengan komputerisasi, para petani bisa mengetahui kapan waktu pemupukan tanaman, kapan tanaman membutuhkan air, dan lain-lain," paparnya.

Di samping itu, ‎sambung dia, di bidang pendidikan pasangan ini bisa menawarkan sistem belajar mengajar jarak jauh melalui skype, atau aplikasi lain.

"Misalnya, mata kuliah tertentu dosennya mengajar dari eropa, mahasiswanya ada di Samosir ada di Papua. Di dunia milenial, seperti itu tak masalah," sambungnya.‎

Sebut Kemiskinan Meningkat, SBY Diminta Istana Lihat BPS, Fadli Zon: Fakta Mana Yang Kau Dustakan

Tak kalah penting yang harus diingat, tandas Emrus, ‎selain gebrakan program, pasangan ini juga harus bisa memberi kritik membangun kepada pemerintah Jokowi.

Menurutnya, di samping ada banyak kelebihan pembangunan era pemerintahan Jokowi ini, pasti ada titik-titik lemahnya.

"Nah, Prabowo-AHY, harus mulai melancarkan kritik-kritik yang solutif, kritik yang membangun, untuk pemerintahan Jokowi," ucapnya.

Dengan kritik yang solutif, masyarakat akan melihat pasangan ini punya tawaran-tawaran solusi.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved