Merasa Dirugikan Peraturan Ganjil Genap, Warga: Sebaiknya Hanya Bayar Pajak Kendaraan Setengah Saja
Sejumlah kalangan warga merasa kebijakan ganjil genap itu sangat tidak adil dan merugikan warga
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Pemberlakuan aturan ganjil genap di sejumlah ruas jalan di Jakarta Selatan berdampak pada macetnya beberapa titik jalan.
Sejumlah kalangan warga merasa kebijakan ganjil genap itu sangat tidak adil dan merugikan warga.
"Kalau seperti itu, warga sebaiknya hanya bayar pajak kendaraan setengah saja karena meski bayar pajak kendaraan setahun, mereka hanya bisa menggunakan kendaraan itu di tanggal ganjil atau genap," kata seorang warga, Hasan, Senin (6/8/2018).
Sementara itu, kemacetan disebabkan karena pemilik kendaraan dengan plat nomor tidak sesuai dengan tanggal mencari alternatif jalan lain.
Di kawasan Manggarai, pada Jumat pagi kemacetan yang terjadi begitu luar biasa, begitu diungkapkan pengendara bernama Iqbal (37).
Menurutnya, banyak pekerja menuju arah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat ingin menghindari Jalan Jenderal Gatot Subroto dan Jalan HR Rasuna Said dengan cara mencari jalan alternatif.
• Polisi Telah Tilang 5.303 Pengendara Pelanggar Kebijakan Ganjil Genap
"Mau lewat jalan manapun macet. Saya sampai hampir frustasi, beberapa jam hanya habis di jalan," kata Iqbal kepada Warta Kota di Jakarta, Senin (6/8/2018).
Iqbal mengakui, saat ini ia belum berpikir untuk berpindah dari menggunakan kendaraan pribadi ke angkutan massal.
Ia beralasan, menggunakan angkutan massal seperti TransJakarta di pagi hari, pada jam berangkat kerja, "terlalu menyiksa".
"Kalau pagi ya begitu, sesak-sesakan. Di sisi lain pemerintah mendorong masyarakat beralih ke angkutan massal tapi kondisi yang ada justru membuat masyarakat enggan beralih dari kendaraan pribadi. Faktornya ya soal kenyamanan itu," imbuhnya.
Kemacetan parah juga terjadi di ruas Jalan Kapten Tendean, Pancoran serta di kawasan Lebak Bulus, baik dari arah Karang Tengah maupun arah Fatmawati.
Sementara itu, Kasatwil Lantas Jakarta Selatan, AKBP Krisyanto mengungkapkan, efek kemacetan merupakan risiko terhadap diberlakukannya kebijakan ganjil-genap. Menurutnya, saat ini masyarakat masih dalam tahap penyesuaian.
"Meskipun banyak alternatif jalan, tapi mereka masih mencoba-coba lewat jalan mana yang tidak macet. Akibatnya ada penumpukan kendaraan di titik tertentu," katanya.
Ia mengungkapkan, kepadatan di kawasan Lebak Bulus dikarenakan terjadi pemecahan kendaraan, dimana sebagian kendaraan hendak mencari alternatif jalan menghindari jalur ganjil genap di arteri Pondok Indah.
"Kemudian, ada peralihan dari yang membawa mobil kini bawa sepeda motor. Volume sepeda motor jadi sangat tinggi termasuk yang menggunakan ojek online," ungkapnya saat dihubungi Warta Kota.