Kisah Perjuangan Pedagang Sapi Bima di Jakarta: Dulunya Ditertawakan Kini Bisa Menguasai Pasar

Saleh mengatakan pertama kalinya menjual sapi Bima di Jakarta di periode tahun 1990-an.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Ilusi Insiroh
TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA HIKARI PUTRA
?Sapi Bima yang dijual di lapak milik Saleh di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. 

L‎aporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, KEBON JERUK - Saleh (46) menceritakan awal perjuangannya menjual sapi asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) di Jakarta saat jelang Idul Adha.

Saleh mengatakan pertama kalinya menjual sapi Bima di Jakarta di periode tahun 1990-an.

Kala itu masyarakat Jakarta begitu asing melihat bentuk sapi Bima yang berwarna coklat dan hitam serta berpostur pendek.

Sebab, saat itu mayoritas sapi yang digunakan untuk berkurban adalah sapi Jawa yang memiliki postur tinggi serta berwarna putih.

"Wah dulu mah di tahun 1990-an orang lihat sapi Bima itu pada aneh. Banyak yang ngetawain juga dibilangnya itu sapi apa kambing," kata Saleh saat berbincang dengan TribunJakarta.com, di lapak hewan kurbannya di Jalan Lapangan Bola, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Minggu (19/8/2018).

Saleh adalah pedagang sekaligus peternak sapi di Bima yang hanya datang ke Jakarta setiap jelang Idul Adha.

Ia bercerita saat pertama kali menjual sapi Bima di Jakarta hanya membawa 10 ekor sapi saja dan itu pun tidak semua laku terjual.

Padahal harga sapi Bima yang dijualnya saat itu lebih murah dibanding harga sapi Jawa yang memang menguasai pasar.

‎"Saya jual Rp 4 juta sedangkan sapi Jawa saat itu sekitar Rp 6 juta. Tapi itu pun tidak laku semua. Akhirnya kita jual ke tempat jagal di Cakung meski harganya anjlok," kata Saleh.

Gagal meraup untung di tahun pertamanya tak membuat Saleh putus asa untuk kembali menjual sapi Bima di Jakarta jelang Idul Adha.

Ia pun memilih mempromosikan sapi Bima ke sekolah-sekolah yang akan menyelenggarakan kegiatan kurban.

"Waktu itu banyak orang Bima yang ngajar di Jakarta. Akhirnya kita tawarkan sapi Bima ini dan kita aduin dagingnya dengan sapi Jawa," kata Saleh.

‎Berbekal strategi itulah, masyarakat yang tadinya menyepelekan sapi Bima mengakui kualitas sapi tersebut.

"Karena pas dipotong itu kan sapi Bima ini dagingnya fresh dan padat. Jadi mereka pun pada kaget dan mengakui kualitas sapi Bima," ujar Saleh.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved