Asian Games 2018

Ini Kisah Jafro Megawanto Peraih Emas Paralayang: Tukang Lipat Parasut yang Diupah Rp 5 Ribu

Raih medali emas siapa sangka dulunya kehidupan Jafro Megawanto begitu berat, terlahir dari keluarga kurang mampu hingga jadi tukang lipat parasut.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Instagram/Jafro Megawanto
Jafro Megawanto 

TRIBUNJAKARTA.COM - Jafro Megawanto berhasil menyabet medali emas Asian Games 2018 di cabang olahraga paralayang.

Hal ini diketahui dari akun Twitter Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, serta akun Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Jafro Megawanto mencatat nilai terbaik dari 33 atlet.

Selain dia, wakil Indonesia lainnya pada nomor ini adalah Joni Effendi.

Dengan tambahan satu emas, total paralayang sudah mengoleksi tiga medali.

Jafro meraih emas kedua pada Asian Games 2018.

Sebelumnya, Jafro juga menjadi bagian tim putra Indonesia yang berhasil meraih emas di nomor ketepatan mendarat beregu putra yang berlangsung kemarin.

Dari laman resmi Asian Games dan kemenpora, Jafro Megawanto lahir pada 18 Maret 1996.

Sebelum menjadi atlet, Jafro Megawanto merupakan seorang tukang lipat parasut atau biasa dikenal para boy.

Kala menjadi para boy, Jafro Megawanto diupah sekitar Rp 5 ribu.

Pengalaman pertamanya menjadi paraboy dilakukan ketika berusia 13 tahun.

Hal tersebut dilakukan untuk menambah uang saku dan mempelajari tentang olahraga paralayang itu sendiri.

Jafro menuturkan dirinya tertarik dengan paralayang saat masih kecil karena rumahnya yang ebrjarak Rp 500 meter dari lokasi pendaratan.

Jafro menyaksikan hampir tiap hari atlet paralayang terbang di langit Batu, Malang, Jawa Timur.

Kerap menyaksikan pertunjukkan itu membuat ia bermimpi suatu hari nnati akan melayang juga di udara.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved