Jadi Wartawan Lebih 20 Tahun, Putra Nababan Beberkan Fakta Dibalik Nyaleg Lewat PDI Perjuangan

Jurnalis senior Putra Nababan membeberkan alasannya nyaleg lewat PDI Perjuangan dan menghubungkannya dengan idola.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
youtube/Nara-Z
Putra Nababan 

TRIBUNJAKARTA.COM - Jurnalis senior Putra Nababan membeberkan fakta dirinya yang kini beralih ke dunia politik.

Putra Nababan mengungkap hal tersebut saat menjadi narasumber di kanal YouTube Nara-z yang dipandu Glen Fredly dan Tompi, tayang pada Selasa (28/8/2018).

Putra Nababan menuturkan, dirinya sempat beberapa kali ditawarkan untuk maju jadi caleg setiap pemilu.

"Setiap pemilu juga saya selalu mengatakan 'memang belum saatnya', kenapa? karena dari kecil saya ingin jadi wartawan dan saya sudah selesai jadi wartawan ketika sudah menjadi pemimpin redaksi termuda," tuturnya.

"Saya pensiun umur 42 tahun dan pada waktunya saya terjun ke dunia politik," sambungnya.

Menurutnya, ia baru maju menjadi caleg DPR RI melalui PDI Perjuangan saat ini karena dahulu dirinya belum sampai ke level tersebut.

Putra Nababan menolak apabila dirinya disebut curiga terhadap dunia politik.

Ia menegaskan, dunia politik sama seperti dunia jurnalis.

"Jangan bilang politik itu kotor, jurnalis bersih. Enggak lah. Di musik pun ada yang kotor," ungkapnya.

Putra Nababan menegaskan, politik itu sejatinya mulia dan sesuatu yang mulia perlu dijaga agar tak menjadi kotor.

Selain itu, Putra Nababan juga mengutarakan, lingkungan keluarganya lebih banyak berprofesi sebagai wartawan.

Tim Panjat Tebing Indonesia Banjir Ucapan Selamat dari Masyarakat Yogyakarta

Masa Tanggap Darurat Gempa Lombok Berakhir, Masuki Tahap Transisi Darurat Kepemulihan

"Saya dari awal suka politik juga. Sejak reporter saya politik keamanan, sub spesialisnya politik nasional. Memang politik sangat menarik minat saya," tuturnya.

Putra Nababan dalam kesempatan itu juga mengutarakan alasannya maju menjadi caleg DPR RI melalui PDI Perjuangan.

Menurutnya, Ia tak memilih untuk maju melalui PDI Perjuangan, melainkan karena idolanya sejak kecil.

"Itu idola saya sejak kecil, ketika saya diajak bapak saya berkampanye di Lapangan Banteng pada tahun 1982. Itu udah idola, bagaimana sih idola? Pas udah kesampaian, senengnya minta ampun," paparnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved