Cerita Yanto, Pedagang Kopi Keliling yang Dagangannya Sempat Tidak Dibayar Sampai Kemalingan 7 kali
Ketika hendak meminta bayaran, Yanto justru dimarahi karena pemuda tersebut merasa apa yang dijual dirinya dianggap terlalu mahal.
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Afriyani Garnis
TRIBUNJAKARTA.COM, PLUIT - Yanto (63) pedagang kopi di taman kota Waduk Pluit, Jakarta Utara, sempat merasakan hal yang tidak menyenangkan selama berdagang.
Ia bercerita, saat itu ada sekumpulan anak muda yang minum kopi dan jajan di tempatnya.
Setelah ditotal, keseluruhannya mencapai lebih kurang Rp 100 ribu.
Ketika hendak meminta bayaran, Yanto justru dimarahi karena pemuda tersebut merasa apa yang dijual dirinya dianggap terlalu mahal.
Padahal untuk segelas kopi Yanto hanya mematok harga Rp 3 ribu, dan berbagai makanan ringan yang tidak lebih dari Rp. 5 ribu.
"Saya pernah dulu sempat dimarahi bahkan sampai ingin dipukuli karena cekcok sama pembeli. Dia merasa saya jualan kemahalan, padahal kopi cuma Rp 3 ribu, mereka kan banyak minum kopi juga ngak segelas, dua gelas, belum jajannya," ujarnya.
• Beda Ratna Sarumpaet dan Pesepakbola Gadungan Carlos Kaiser Bikin Cerita Hoaks
"Saya sempat buka baju dan persilahkan orang-orang itu mukul saya kalau mereka ngak terima. Tapi dilerai sama orang sini," tambahnya.
Selain ulah pembeli yang tidak menyenangkan, Yanto juga sempat kemalingan sampai 7 kali.
Karena tinggal di Marunda, semua barang dagangan, beserta stoknya ia tinggalkan di area Waduk Pluit dengan kotak yang digembok.
Namun, kotak tersebut berhasil dijebol oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
"Saya belum lama ini kemalingan lagi, udah 7 kali kalo dihitung. Ruginya sampai sejuta itu kalau ditotal," ujarnya.
Karena kapok, kini Yanto tidak berani lagi untuk stok barang dagangannya.
Kerugian yang ia alami, tidak sebanding dengan penghasilan yang ia dapatkan.
Dalam sehari ia hanya mendapat sekira Rp. 50 ribu. Namun, saat sedang akhir pekan ia bisa mendapat 2x lipatnya.
"Sekarang saya kapok mau stok barang, kemungkinan belanjanya kalau habis saja, pendapatan saya cuma Rp 50 ribu. Itu juga mpo-mpotan (susah) dapatnya," tandasnya.