Polemik Ratna Sarumpaet
Beda Ratna Sarumpaet dan Pesepakbola Gadungan Carlos Kaiser Bikin Cerita Hoaks
Mana lebih hebat cerita khayali Ratna Sarumpaet dalam lakon korban pengeroyokan atau pesepakbola profesional asal Brasil yang tak pernah main bola?
Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Dua hari cerita khayali tentang pengeroyokan beredar di media sosial, diperkuat dengan luka lebam di wajah, Ratna Sarumpaet akhirnya tak kuat membuat skenario lanjutan.
Aktivis dan pejuang kemanusiaan yang pernah menggeluti dunia teater itu membuat pengakuan dosa di rumahnya di Tebet, Rabu (3/10/2018), bahwa cerita pengeroyokan dan luka lebam karena kekerasan itu semua bohong.
Di hari itu warga Palu, Donggala dan wilayah sekitar Sulawesi Tengah sudah enam hari menjadi korban gempa dan tsunami bermagnitudo 7,4 skala richter yang menggoyang dan menyapu rumah, harta dan saudara mereka.
Berita Ratna Sarumpaet seakan menghentak. Rabu petang Sandiaga Uno menyebut kebohongan Ratna Sarumpaet ibarat gempa tektonik yang mengagetkan semua orang.
“Bisa disebut gempa tektonik dari informasi ya, khususnya yang berkaitan dengan isu-isu kekerasan, isu hoaks dan penyebaran informasi bohong dan lain sebagainya,” Sandiaga menyikapinya sambil tertawa.

Luka lebam di wajah Ratna Sarumpaet pun efek operasi plastik. Ia mengaku harus punya alasan untuk menjelaskan kepada anaknya di rumah perihal mukanya yang berubah drastis.
"Saya jawab dipukul orang," begitu kata Ratna.
Hampir sepekan jawaban bohong itu membuat Ratna Sarumpaet semakin didesak anggota keluarganya. Satu skenario sudah berjalan, tinggal skenario berikutnya disusun, tapi ia justru semakin bodoh.
Mulanya, ide pemukulan hanya dikonsumsi anak-anaknya saja, agar operasi plastik tak terbongkar. Kepada media televisi, cetak dan elektronik, Ratna Sarumpaet mengaku kebohongannya tak terkait politik dan hubungan di luar dirinya.
Sayangnya, cerita khayali itu bocor lalu dimakan politikus Fadli Zon, disambar Prabowo Subianto sampai menggelar konferensi pers bahwa dirinya terusik dengan apa yang menimpa Ratna Sarumpaet.
Seketika berita pengeroyokan Ratna Sarumpaet menjadi komoditas politik. Kebodohannya berlipat karena cerita khayalinya diterima publik sebagai sebuah kebenaran, apalagi tak sedikit orang yang bersimpati kepadanya turut memberikan pengakuan.
Tapi sebagian laginya justru sangsi dan meragukan semua cerita yang beredar.
Ratna Sarumpaet tak kuat dan menyalahkan setan.
"Tidak ada penganiayaan. Itu hanya cerita khayal entah diberikan setan mana kepada saya dan berkembang seperti itu," begitu kata dia.
Berulangkali salat malam sebelum mengakui kebohongannya keesokan hari, Ratna Sarumpaet mendapat pencerahan. Hatinya terbuka, ia seperti dituntun untuk menghentikan semua skenario bohong sebagai korban pengeroyokan.
