Pendapatan Menurun, Pedagang Rujak: Dampak Musim Kemarau Berkepanjangan hingga Orang Bosan
Ia mengatakan, jika penjualan buah maupun rujak yang dijajakannya sedanga mengalami penurunan.
Penulis: Novian Ardiansyah | Editor: Rr Dewi Kartika H
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Novian Ardiansyah
TRIBUNJAKARTA.COM, KEMBANGAN - Berkeliling mendorong gerobak berisikan macam-macam buah sudah menjadi rutinitas yang dilakomi Jafar (39) setiap harinya.
Mulai dari pagi sampai dengan sore hari, ia terus berkeliling berputar mendorong gerobak buah seputar kawasan Meruya, Kembangan, Jakarta Barat.
Hal itu dilakukan Jafar lantaran ia merupakan seorang pedagang buah potong sekaligus rujak buah.
Ucapan Jafar terdengar begitu bersemangat saat ada pembeli yang menghampiri gerobaknya.
Dengan leluasa, tangannya membuka setiap bungkusan plastik berisi buah potong yang nantinya akan disatukan menjadi rujak.
• Jaga Ketat Pola Makan Demi Tetap Langsing, Barbie Kumalasari Rela Keluarkan Rp 200 Ribu untuk Rujak
• Penikmat Jengkol Wajib Coba Jengkol Bakar Bumbu Rujak, Yuk Simak Resepnya
Usai semua potongan bermacam buah disatukan dalam satu wadah, Jafar kemudian menyiramkan sambal kacang di atasnya.
Tak lagi bersemangat, nada ucapan Jafar kali ini terdengar agak lesu saat TribunJakarta.com menanyakan perihal ramai tidaknya pembeli akhir-akhir ini.
Ia mengatakan, jika penjualan buah maupun rujak yang dijajakannya sedanga mengalami penurunan.
"Sudah seminggu ini turun, pembelinya juga sedikit enggak sebanyak kemarin-kemarin," ucap Jafar menjawab pertanyaan TribunJakarta.com, Jumat (5/10/2018).
Padahal sebelumnya, kata Jafar, penjualan buah dan rujak miliknya laris manis dibeli.
• Pecinta Jengkol? Kamu Wajib Coba Jengkol Bakar Bumbu Rujak, Yuk Simak Resepnya
• Pemkot Surabaya Batalkan Festival Rujak Uleg 2018
Namun, sepekan terakhir pendapatan Jafar menurun drastis sampai setengahnya.
"Tiga bulan itu sebelumnya ramai, mulai dari habis lebaran lah kira-kira itu ramai terus. Orang banyak beli," ujar Jafar.
"Pas ramai mah bisa ngantongin Rp 1 juta buat omzetnya. Tapi sekarang sudah seminggu sepi, paling Rp 500 ribu, dapat Rp 600 ribu - Rp 700 ribu juga susah," sambungnya.
Jafar pun memperkirakan jika penurunan yang ia alami, kemungkinan karena musim kemarau yang cukup berkepanjangan.