Pencemaran Air Situ Rawa Kalong Tanggung Jawab Pabrik, Pemkot Depok, dan Warga
Mimin mengatakan efek pencernaan dapat dirasakan secara langsung saat dia sedang mengangkut enceng gondok yang menutupi Situ Rawa Kalong.
Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, CIMANGGIS - Juru Situ Rawa Kalong, Miminrusmini (47) menjelaskan masalah pencemaran air tak hanya disebabkan oleh keberadaan empat pabrik di sekitar Situ yang diduga membuang limbahnya ke Situ Rawa Kalong dan Pemkot Depok yang abai.
Mimin mengatakan oknum pemilik keramba ikan, warga yang membuang sampah, dan keberadaan TPS di Situ Rawa Kalong turut memperburuk pencemaran air.
"Memang tercemar limbah pabrik, tapi enggak cuman karena itu. Saya ngomong seperti ini bukan karena saya membela pabrik, tapi memang kenyataannya seperti itu. Pencemaran itu efeknya lama, enggak cuman satu, dua tahun terus kelihatan hasilnya," kata Mimin di Situ Rawa Kalong, Depok, Kamis (1/11/2018).
Dia mengakui empat pabrik yang dimaksud Mimin itu memproduksi sabun, lampu, plastik, dan minuman teh itu pernah dan masih ada yang membuang limbahnya ke Situ Rawa Kalong.
Namun oknum pemilik keramba ikan mencemari Situ Rawa Kalong karena memberi makan ikan menggunakan sisa makanan catering, bukan pelet yang memang diperuntukkan bagi ikan.
Berbeda dengan pelet, sisa nasi bercampur minyak, sambal yang sebelumnya direndam terlebih dulu selama beberapa waktu itu mengendap di dasar Situ hingga mencemari air.
"Banyak pemilik keramba yang kasih makan ikan pakai makanan sisa catering. Sekarang bayangin, nasi yang bercampur minyak, sambal dan segala macam itu direndam terus dikasih ke ikan. Sisa makanan itu mengendap di dasar selama bertahan-tahun. Hasilnya ya tercemar," ujarnya.
Semua hal itu dipelajari dan diketahui Mimin lantaran ayahnya merupakan Juru Situ Rawa Kalong saat masih termasuk wilayah Kabupaten Bogor dan tinggal dekat Situ.
Mimin sendiri tak dapat memastikan seberapa parah pencemaran Situ yang rencananya direvitalisasi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil karena tak ada penelitian terbaru.
Merujuk hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama sejumlah kampus pada Desember 2014 dan Januari 2015.
Tingkat pH di setiap mata angin berbeda akibat tercemar limbah pabrik, sampah selama bertahan-tahun tanpa pernah ditangani secara tuntas.
"LIPI sama beberapa kampus pernah neliti kandungan air selama dua bulan. Hasilnya ada yang tingkat pH-nya 5.7, 6.7, 7.3. Pokoknya lain-lain lah, saya juga heran sama hasilnya. Itu penelitian lama, enggak tahu kalau sekarang. Pasti lebih parah kalau sekarang," tuturnya.
Mimin mengatakan efek pencernaan dapat dirasakan secara langsung saat dia sedang mengangkut enceng gondok yang menutupi Situ Rawa Kalong.
Karena ditugasi secara resmi oleh Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) merawat dan melaporkan segala hal yang berdampak buruk ke Situ Rawa Kalong merupakan tugasnya.