Saat Berada di Lingkaran Soeharto, Yusril Ihza Mahendra Ungkap Fakta Ini

Yusril Ihza Mahendra sempat buka-bukaan pengalaman saat berada di lingkaran Presiden ke-2 RI, HM Soeharto.

Editor: ade mayasanto
TribunJakarta/Satrio Sarwo Trengginas
Yusril Ihza Mahendra Ketua Partai Bulan Bintang dalam orasi didepan Istana Merdeka, Selasa (1/5/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra sempat buka-bukaan pengalaman saat berada di lingkaran Presiden ke-2 RI, HM Soeharto.

Pengalaman tersebut diungkap saat Yusril menjadi narasumber di acara Tokoh Kita, Jak TV, Sabtu (10/11/2018) kemarin.

Semula Pembawa acara Adam Lubis bertanya perihal pengalaman Yusril yang kerap mengkritisi pemerintah Soeharto, namun diajak Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) untuk menulis pidato Soeharto.

"Prof mungkin belum banyak yang tahu di balik sosok profesor Yusril Ihza Mahendra ini, beliau memberikan kontribusi yang besar dalam beberapa pidato kenegaraan yang diberikan oleh kepala negara, termasuk pidato pengunduran diri Presiden Soeharto betul?," tanya Adam Lubis.

"Waktu itu kan posisi Prof sebagai dosen yang cukup kritis mengkritisi bagaimana pemerintah pada era orde baru, faktor-faktor apa sehingga profesor sendiri bisa masuk atau tertarik ya, tanda kutip, untuk menjalin komunikasi yang kritis, ya mungkin berlawanan, faktor apa yang mendorong pada waktu itu?," tambah Adam Lubis.

Yusril Ihza Mahendra kemudian menjawab bahwa sebenarnya pada saat itu ia juga tidak menyangka bisa masuk dalam lingkaran Soeharto.

Berada di lingkaran Presiden, Yusril Ihza Mahendra justru mendapatkan manfaat yakni tidak bisa dicekal oleh tentara ketika berceramah.

"Sebenarnya itu terjadi di luar dugaan saya, saya memang aktivis, dosen, dan banyak sekali menulis di beberapa media untuk mengkritisi pemerintah, sampai suatu hari saya dipanggil oleh Pak Moerdiono (mantan Mensesneg) almarhum," kata Yusril.

"Pada waktu itu untuk ditawari masuk sekretariat negara, saya tanya apa tugas-tugas saya di sini? Ya beliau bilang menyiapkan naskah-naskah kepresidenan, terutama menulis pidato presiden. Menyiapkan materi untuk sidang kabinet, surat-surat dan pidato-pidato wakil presiden, termasuk pidato Ibu Tien Soeharto pada waktu itu. Jadi saya bilang saya orang bebas Pak Moer, apa nanti saya kehilangan kebebasan? Oh tidak, di luar tembok istana sudah orang bebas," tambahnya menirukan jawaban Moerdiono waktu itu.

"Jadi saya menikmati juga, jadi saya speech writter-nya presiden, jadi kalau saya mau ceramah di suatu tempat dilarang oleh Koramil atau Kodim, saya bilang masak Anda mau melarang saya? Saya kerja di Setneg, pidato Pak Harto saya yang bikin, wah tentara ketakutan sama saya, jadi saya menikmati juga saat itu."

"Jadi di masa orde baru saya ceramah keras-keras pun mereka gak bisa nangkap saya juga, saya orang setneg kok, dan Pak Harto percaya sama saya," paparnya.

Cerita Yusril Keluar Fatwa Darahnya Halal setelah Jadi Kuasa Hukum Jokowi-Maruf

Yusril Dianggap Musuh Rekan Pengacara setelah Resmi Jadi Kuasa Hukum Jokowi-Maruf

Setelah Presiden Soeharto lengser, Yusril Ihza Mahendra kembali diberi kesempatan menulis pidato untuk Presiden BJ Habibie.

"Saya menulis 120-an pidato (untuk Soeharto), sampai pidato terakhir Pak Harto menyatakan berhenti jadi Presiden tahun 1998, waktu Pak Habibie saya menulis juga," ucapnya.

Sebelumnya, di acara yang sama, Yusril Ihza Mahendra juga mengungkapkan cita-citanya yang hingga kini belum tercapai yakni menjadi Presiden RI.

Mulanya, Adam Lubis bertanya soal cita-cita Yusril yang belum tercapai hingga kini.

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved