FPLI: Nasib Pohon Langka di Indonesia Masih Belum Menentu

Ketua Forum Pohon Langka Indonesia, Tukirin Partomihardjo menyebutkan nasib pohon-pohon di Indonesia masih belum menentu.

Istimewa/Dok. Forum Pohon Langka Indonesia
Pohon Spesies Calophyllum Woodii 

TRIBUNJAKARTA.COM - Daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat ada lebih dari 487 jenis pohon di Indonesia yang terancam punah, sisanya masih banyak yang belum diketahui.

Menurut Ketua Forum Pohon Langka Indonesia, Tukirin Partomihardjo, nasib pohon-pohon di Indonesia masih belum menentu.

Pasalnya, keberpihakan para pengambil kebijakan terhadap lingkungan terutama hutan yang diketahui sebagai habitatnya sebagian besar jenis pohon belum terlindungi secara tegas.

“Ancaman utama saat ini terhadap keberadaan pohon-pohon di Indonesia adalah pemanfaatan yang berlebihan yang tidak diimbangi dengan upaya penanaman secara nyata. Juga penciutan habitat hutan akibat dinamika pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang membutuhkan ruang terus mengurangi habitat pepohonan,” jelas Tukirin dalam keterangan tertulis, Jumat (30/11/2018).

Melihat permasalahan tersebut, beberapa pakar, peneliti, praktisi hingga pemerhati konservasi pohon langka dan terancam punah di Indonesia membentuk sebuah jejaring yang dinamakan sebagai Forum Pohon Langka Indonesia (FPLI).

Forum ini mendapat dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Forum ini telah mengusulkan perhatian terhadap 12 jenis pohon langka di Indonesia pada September 2017 lalu. Sebagian besar memiliki status konservasi baik global maupun nasional. Empat jenis masuk dalam status kritis (Critically Endangered), satu jenis termasuk genting (Endangered), dua jenis termasuk rentan (Vulnerable), dan lima jenis lainnya belum dilakukan penilaian.

Kedua belas jenis tersebut yaitu pelahlar (Dipterocarpus littoralis), lagan bras (Dipterocarpus cinereus), resak banten (Vatica bantamensis), resak brebes atau pelahlar laki(Vatica javanica ssp.javanica), damar mata kucing atau pelahlar lengo (Shorea javanica), kapur (Dryobalanops aromatica), ulin atau belian (Eusideroxylon zwageri), durian daun atau kerantongan (Durio oxleyanus), tengkawang pinang (Shorea pinanga), Durian burung atau tabelak (Durio graveolens), saninten atau berangan (Castanopsis argentea), dan mersawa atau ki tenjo (Anisoptera costata).

Upaya lain yaitu mendorong generasi muda untuk melakukan penelitian dan berkarya melalui tulisan. Dalam rangkaian Hari Pohon Sedunia 2018 yang dilaksanakan pada 24 November 2018 lalu, FPLI bekerjasama dengan Tambora Muda melakukan kegiatan lomba menulis karya populer.

Pemilu 2019, Pemasangan APK di Pohon dan Tiang Listrik Marak di Depok

Hujan Deras, Pohon Angsana di Taman Wijaya Tumbang

Hasil karya anak bangsa menghasilkan 170 karya tulisan mengenai pohon langka, terancam dan endemik yang telah ditulis oleh pelajar dan masyarakat umum dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua.

“Kegiatan ini menjadi salah satu cara untuk mempromosikan kepedulian pelestarian pohon, selain terus mendorong kebijakan pemerintah untuk memperhatikan pohon langka asli Indonesia melalui berbagai kebijakan dan aturan,” tutup Tukirin.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved