Pemilu 2019
Pemilu Serentak 2019, Wali Kota Airin: Masyarakat Jadi Enggak Fokus
Ia mengatakan, beban sosialisasi pilpres dan pileg secara bersamaan, lebih berat dari pada peemilihan keduanya dipisah.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, SERPONG - Airin Rachmi Diany, Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang juga ketua DPD Partai Golkar wilayah Tangsel, mengeluhkan pemilu 2019 yang serentak, digabung antara pilpres dan pileg.
Ia mengatakan, penggabungan tersebut, membuat dirinya menjadi tidak fokus untuk membagi kampanye dukungannya terhadap pilpres dan kampanye pileg.
Terlebih mengingat posisinya yang merupakan ketua DPD partai, sekaligus menjadi bagaian dari tim kampanye daerah (TKD).
"Iya, karena jadi enggak fokus. Masyarakat malah fokus terhadap pilpres, pilegnya malah cenderung enggak ya," ujar Airin selepas kamoanye di deklarasi Perempuan Tangguh Pilih Jokowi (Pertiwi) Tangsel, di hotel Grand Zuri, Serpong, Tangsel, Jumat (14/12/2018).
"Jadi tentu, kita berharap, kita lihat evaluasi saya, ini kan baru perasaan saya, baru saya turun ke lapangan. Tapi kan enggak tahu, harus dinilai kalau evaluasinya sudah ke seluruh Indonesia," lanjutnya.
Ia mengatakan, beban sosialisasi pilpres dan pileg secara bersamaan.
Hal ini menurutnya, lebih berat dari pada peemilihan keduanya dipisah.
Seorang calon legislatif harus tetp mengampanyekan capres cawapres yang mereka usung, sekaligus mengampanyekan dirinya sendiri.
"Kalau saya sih enggak. Cuma saya melihat beban yang begitu berat kalau miaalnya digabung antara dua, pileg dengan pilpres, bagaimana menyosialisasikan pilpres, dan menyosialisasikan juga diri mereka untuk meenjadi calon legialatif," ujarnya.
Baginya, menyosialisasikan kepada masyarakat juga berat, untuk harus memilih lima calon sekaligus dari anggota legislatif maupun eksekutif.
"Mungkin ada yang merasakan itu, manfaat yang poaitif, ada juga yang merasakan meenjadi beban karena masyarakat, bayangkan, caleg saja ada tiga kan, DPRD tingkat dua, DPRD tingkat satu, DPR RI, setelah itu ada DPD. Setelah itu ada pilpres, berarti ada lima suara yang harus disosialisasikan," ujarnya.
Airin menyontohkan ketika pemilu legislatif digelar sendiri, pengurus partai akan lebih mudah meminta masyarakat untuk memilih partainya.
"Kalau dulu mereka, mohon maaf, pilih golkar ya, dari ininya, silakan nomor urut berapa. Nah sekarang ini kita juga sosialisasi menjelaskan tentang DPD dan juga presiden," ujarnya.