Pilpres 2019
Setelah Ramai Cuit 'Presiden Baru,' CEO Bukalapak Terima Kasih atas Dukungan Pemerintah
Gara-gara cuitannya di Twitter menyinggung 'presiden baru,' CEO Bukalapak Achmad Zaky tersandung masalah. Kini ia mengakui dukungan pemerintah.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Gara-gara cuitannya di Twitter menyinggung 'presiden baru,' CEO Bukalapak Achmad Zaky tersandung masalah.
Achmad Zaky menyebut Industri 4.0 omong kosong jika anggaran pengembangan dan penelitian yang disediakan Pemerintah Indonesia masih jauh dibanding negara-negara lain.
Dalam data yang dia sodorkan, Indonesia jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
"Omong kosong industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini (2016, in USD) 1. US 511B 2. China 451B 3. Jepang 165B 4. Jerman 118B 5. Korea 91B 11. Taiwan 33B 14. Australia 23B 24. Malaysia 10B 25. Spore 10B 43. Indonesia 2B. Mudah2an presiden baru bisa naikin," tulis Zaky di cuitannya.
Cuitan tersebut kini telah dihapus.

Cuitan itu berdampak luas sampai-sampai muncul tagar #uninstallbukalapak yang trending topic .
Pro dan kontra itu lantas dijawab Achmad Zaky dengan permohonan maaf. Dia mengaku khilaf atas segala kesalahpahaman yang timbul.
Dia mengklaim cuitan tersebut tidak bermaksud untuk mendukung atau tidak mendukung suatu calon presiden tertentu, melainkan ajakan untuk bersama membangun Indonesia melalui penelitian dan pengembangan ilmiah.
“Saya, Achmad Zaky selaku pribadi dan sebagai salah satu pendiri Bukalapak, dengan ini menyatakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas pernyataan yang saya sampaikan di media sosial. Saya sangat menyesali kekhilafan tindakan saya yang tidak bijaksana tersebut dan kiranya mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya,” kata Achmad Zaky dalam keterangan tertulis seperti dilansir Tribunnews.com.
Dia menekankan Bukalapak sangat berterima kasih atas kebijakan dan dukungan Pemerintah Indonesia selama ini kepada Bukalapak.
"Achmad Zaky dan Bukalapak amat sangat berterima kasih atas kebijakan serta dukungan pemerintah Indonesia yang diberikan selama ini kepada Bukalapak. Achmad Zaky dan Bukalapak dengan ini pula menyatakan akan terus berkomitmen untuk membangun Indonesia melalui teknologi," begitu dalam keterangan tertulis resmi Bukalapak.com.
Achmad Zaky membuat kesalahan besar karena kicauannya merujuk data 2016, ternyata itu data 2013.
Bambang Arianto, dosen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, dalam cuitannya meluruskan data yang Achmad Zaky kutip.
Ia pun meluruskan kesalahan data Achmad Zaky lewat akun Twitternya @amsBulaksumur.
"Bantu Retweet ya manteman. Data ini ingin menjelaskan kepada publik kenapa terlahir tagar #UnistallBukaLapak yg begitu cetar. Ternyata masih banyak orang yg kemakan hoaks & tidak mengunakan akal sehat buat melakukan kritik. Stop nyebar hoaks dari sekarang ! #UnistallBukaLapak," cuit Bambang Arianto dalam cuitannya, Jumat (15/2/2019).