Pilpres 2019
Heboh 3 Relawan PEPES Kampanye Hitam Jokowi-Maruf, Sudjiwo Tedjo: Bisa Saja Dibuat Sendiri
Budayawan Sudjiwo Tedjo mengomentari kampanye hitam yang dilakukan ketiga emak-emak itu. Sudjiwo Tedjo mengibaratkannya dengan dunia perwayangan.
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Erlina Fury Santika
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Rr Dewi Kartika H
TRIBUNJAKARTA.COM - Kampanye hitam yang dilakukan tiga relawan PEPES (Partai Emak-emak Pendukung Prabowo-Sandiaga) terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 membuat heboh.
Penelusuran TribunJakarta.com tiga relawan itu adalah, Engqay Sugiarti (39), Ika Peranika (36), dan Citra Widianingsih (38).
Mereka diketahui berkampanye dari rumah ke rumah dan menyebarkan fitnah soal Jokowi-Maruf Amin.
Dalam video yang beredar, ketiganya meyakinkan warga yang ditemuinya dengan bahasa Sunda, jika Jokowi-Maruf Amin terpilih azan bakal dilarang dan pernikahan sesama jenis dibolehkan.
"Moal aya deui sora azan, moal aya deui nu make tieung. Awewe jeung awene meunang kawin, lalaki jeung lalaki meunang kawin (Tidak ada lagi suara azan, tidak ada lagi yang make kerudung. Perempuan sama perempuan boleh menikah, laki-laki sama laki-laki boleh menikah)," kata ketiga wanita tersebut.
Engqay Sugiarti, Ika Peranika, dan Citra Widianingsih kini sudah diamankan Polda Jabar.
Budayawan Sudjiwo Tedjo mengomentari kampanye hitam yang dilakukan ketiga emak-emak itu.
Sudjiwo Tedjo mengibaratkannya dengan dunia perwayangan.
• Senasib dengan Karni Ilyas, Sudjiwo Tedjo Beberkan Alasan Kerap Dituding Dukung Prabowo
• Jokowi Singgung Unicorn Prabowo Tanya Balik, Sudjiwo Tedjo Ungkap 5 Kemungkinan Agar Dicek
TONTON JUGA
Hal tersebut disampaikan Sudjiwo Tedjo melalui media sosial Twitternya pada Senin (25/2/2019).
Sudjiwo Tedjo mengatakan spanduk antiwayang mungkin saja dibuat oleh pecinta wayang itu sendiri.
"Spanduk antiwayang bisa aja dibuat sendiri dalam operasi senyap oleh pecinta wayang," tulis Sudjiwo Tedjo.
Menurutnya hal tersebut bertujuan agar para pecinta wayang yang lain membenci pihak yang diduga antiwayang.
• Soal Prabowo Tanya Balik Jokowi Terkait Unicorn, Sudjiwo Tedjo Beberkan 5 Kemungkinan: Perlu Dicek
• Samakan Debat Capres dengan Lukisan Abstrak, Sudjiwo Tedjo: Pendukungnya Termehek-mehek Menjelaskan
"Tujuannya agar pecinta wayang membenci kelompok yang terduga antiwayang," tulis Sudjiwo Tedjo.
Sudjiwo Tedjo menganggap hal tersebut bisa saja terjadi dalam kampanye hitam yang tengah heboh jelang Pilpres 2019.
"Begitu juga kampanye hitam antiA maupun antiB.
Ada juga kemungkinan lain. Yang penting, jangan kagetan," tulis Sudjiwo Tedjo.
• Sudjiwo Tedjo Bahas Kemungkinan Berhenti Netral, Budiman Sudjatmiko: Merasa Paling Bijak Tak Baik
• Sebut Jokowi dan Prabowo Tak Akan Jadi Presiden 2019, Sudjiwo Tedjo Ibaratkan Pilpres dengan Nikah
Sudjiwo Tedjo mengatakan kampanye hitam yang diterima oleh salah satu kubu bisa saja berasal dari kubu itu sendiri.
Hal tersebut menurut Sudjiwo Tedjo bertujuan untuk memecah belah masyarakat.
"Bisa aja kedua kampanye hitam itu dilakukan secara senyap kepada kubu A atas nama kubu B, maupun kepada kubu B atas nama kuhu A. Tujuannya mecah belah," tulis Sudjiwo Tedjo.
Perbuatan kriminal
Ketua Tim Kampanye Daerah Jokowi-Maruf Amin Jawa Barat, Dedi Mulyadi, turut berkomentar.
Ia menyebut kampanye yang dilakukan tiga ibu-ibu di Karawang sudah termasuk kriminal.
Ketiganya, menurut Dedi Mulyadi, sudah menyebarkan fitnah yang menyerang Jokowi-Maruf.
Kampanye hitam itu terkuak setelah adanya video berdurasi 59 detik yang viral di media sosial berisi imbauan tidak memilih capres nomor urut 01.
Pada video itu, ketiga wanita tersebut menyebutkan jika Jokowi-Maruf terpilih kembali, tidak akan ada lagi azan.
Ketiga ibu-ibu itu tersebut juga menjelaskan kepada seorang bapak dampak buruk jika Jokowi-Maruf terpilih.
Di antaranya tidak akan ada lagi pengajian, pelarangan dan berkerudung.
Dedi Mulyadi menyebut hal itu bukan lagi kampanye ataupun kampanye hitam, melainkan sudah kriminalitas.
"Kasus ini sudah mengarah kepada tindakan-tindakan kriminal," ucap Dedi Mulyadi di Purwakarta, Senin (25/2/2019).
"Kampanye itu menawarkan calon yang diusungnya atau yang akan dipilihnya, bukan malah membuat fitnah-fitnah yang semakin memperuncing keadaan," ia menambahkan.
Dedi Mulyadi menilai tindakan ketiga ibu-ibu itu menjadi keprihatinan banyak pihak.
Ketiga orang itu kini telah diamankan oleh Polda Jabar.
Tindakan mereka sudah memfitnah.
Dedi menjelaskan Jokowi-Maruf tidak mungkin melarang azan, apalgi memperbolehkan pernikahan sejenis.
"Kalau memang kebijakan itu benar adanya, mungkin saya akan menjadi orang pertama yang menolaknya. Jadi, itu fitnah ya," tegas Dedi Mulyadi.
Dia menjamin Jokowi berkepribadian baik dan taat agama.
Apalagi kata Dedi, cawapresnya Kiai Maruf Amin terbukti keulamaannya.
Kiai Ma'ruf adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan menjabat sebagai Mustasyar PBNU.
Pembelaan BPN Prabowo-Sandiaga
Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahaean, membenarkan ketiga emak-emak yang videonya viral itu tergabung dalam relawan Pepes.
Ia berdalih tiga emak-emak yang diduga melakukan kampanye hitam hanya menyampaikan sikap politik yang berangkat dari kekhawatiran.
"Itu kan pernyataan politik, harusnya disikapi dengan argumen politik juga, bukan malah dibawa ke ranah hukum," ujar Ferdinand Hutahaean seperti dilansir Tribunnews.com, Senin, (25/2/2019).
Ferdinand menilai para relawan tersebut tidak bisa dipidana karena menyampaikan hal yang belum terjadi.
Pernyataan mereka soal nikah sesama jenis akan legal merupakan kekhawatiran, sama seperti khawatir ekonomi Indonesia akan hancur bila Jokowi kembali terpilih.
"Kalau misal hal yang disampaikan itu benar-benar terjadi, siapa yang akan menanggung beban hidup mereka yang ditahan," ucap Ferdinand.
Juru bicara BPN lainnya, Andre Rosiade, mengatakan selama ini Pepes selalu mengampanyekan Prabowo-Sandi dengan tidak melanggar aturan.
"Selama ini baik-baik saja, door to door mengkampanyekan masalah bangsa terutama ekonomi," kata Andre Rosiade.
Andre Rosiade mengaku kaget ada relawan yang melakukan kampanye hitam seperti video yang viral. (TribunJakarta.com/Tribunnews.com)