Sebelum Skimming dan Bobol ATM, Ramyadjie Priambodo Dapat Data hingga PIN Nasabah dari Deep Web
Setelah data nasabah bank dari Deep Web itu diolah dan disimpan di dalam kartu putih, barulah Ramyadjie Priambodo beraksi untuk melakukan skimming.
TRIBUNJAKARTA.COM, SEMANGGI - Pelaku pembobolan ATM BCA bermodus skimming yakni Ramyadjie Priambodo ternyata bisa mendapatkan semua data nasabah bank melalui Deep Web.
Setelah data nasabah bank dari Deep Web itu diolah dan disimpan di dalam kartu putih, barulah Ramyadjie Priambodo beraksi untuk melakukan skimming dan membobol rekening ATM.
"Pelaku mendapat semua data nasabah bank, nomor rekening nasabah, password dan pinnya, lewat Deep Web. Di sana juga dia berinteksi saling tukar informasi untuk mendapatkan data itu. Juga untuk masuk ke black market," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, Jumat (22/3/2019).
• Jelang Peresmian MRT Jakarta Besok, TransJakarta Buka 5 Rute Baru Terintegrasi
• Ini Wanita Pedagang Jamu yang Viral di Media Sosial karena Banyak yang Menyebut Mirip Syahrini
• Mobil Plat Dinas TNI Angkut Logistik Paslon Pilpres, Penjelasan Mabes hingga Kronologi
Argo Yuwono merinci, saat melakukan pembobolan ATM dengan sistem skimming, Ramyadjie sudah dapat semua informasi yang dibutuhkan dari Deep Web.
"Karennya dia (RP) berhasil dan mampu melakukan kegiatan pengambilan uang nasabah yang sudah terdata di dalam kartu putih yang dia punya," kata Argo Yuwono.
Deep Web adalah kumpulan konten World Wide Web yang tidak terindex oleh mesin pencari standar seperti Google, Bing, atau Yahoo.
Seperti namanya yakni Deep Web atau Web Mendalam, maka informasi di Deep Web tidak terlihat di permukaan.
Meskipun tidak terlihat, konten Deep Web tetap dapat diakses dengan menggunakan tool khusus.
Situs lokal Intranet juga termasuk dalam jaringan Deep Web, contohnya server kampus, kantor dan aplikasi online yang hanya bisa diakses oleh orang kantoran.
Aplikasi private message juga termasuk, karena semua chattingan kita tidak bisa masuk dalam indeks di mesin pencari.
Menurut hasil riset dan data terakhir, jumlah konten situs yang digolongkan sebagai Deep Web sangatlah banyak. Hampir 96 persen dari keseluruhan Internet.
Artinya situs yang biasa kita akses di jaringan internet biasa seperti lewat Google atau lainnya itu hanya 4 persennya nya saja.
Menurut hasil riset pula sebagian besar konten Deep Web berisi tentang database dari hasil penelitian sejumlah lembaga dan pihak tertentu di dunia.
Artinya banyak konten di Deep Web yang sangat mungkin rahasia bagi pihak tertentu dan lainnya.
Argo Yuwono menjelaskan Ramyadjie menggunakan Deep Web dimana di sana juga terdapat black market, untuk tukar menukar informasi berkaitan dengan cara mendapatkan nomor rekening nasabah, password, juga pin serta lainnya.