Kisah Samsul, Pria Asal Semarang yang Puluhan Tahun Menjadi Pemandu Doa Musiman di TPU Karet Tengsin
Pria asal Semarang, Jawa Tengah ini mengatakan dirinya hanya menjadi pemandu doa musiman.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat
TRIBUNJAKARTA.COM, TANAH ABANG - Seorang pria terlihat mengenakan sarung, kemeja putih, dan peci hitam serta membawa payung berwarna ungu.
Mulutnya terlihat berkomat-kamit di depan sebuah makam.
Ya, dia sedang melantukan doa untuk arwah seseorang yang tak dikenalnya.
Adalah Samsul, yang sebagai pemandu doa di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Tengsin, Jakarta Pusat.
Pria yang memiliki tinggi badan kira-kira 175 sentimeter ini sedang memanjatkan doa untuk arwah seseorang.
"Saya di sini sebagai pemandu doa musiman. Kadang ada keluarga yang meminta tolong sama saya untuk dipandu doa," kata Samsul, di area TPU Karet Tengsin Blok A I, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2019).
Namun, dia melakukan semua hal itu tanpa meminta pamrih kepada orang-orang yang membutuhkan jasanya.
"Tapi saya tidak pernah minta pamrih. Saya ikhlas membantu mendoakan orang atau keluarga yang sudah meninggal," jelas Samsul sambil memegang payung.
Namun, kata Samsul, hampir semua keluarga yang meminta pertolongannya selalu memberikan uang.
"Tapi, hampir semua keluarga yang saya bantu doa ini selalu memberi saya uang. Tapi ya itu, saya tidak pernah meminta sama sekali," tegas Samsul.
Menyoal nominal, Samsul enggan memberitahukan jumlahnya kepada TribunJakarta.com.
Menurutnya, hal tersebut merupakan ria atau sombong jika diberitahukan kepada orang lain.
"Kalau saya kasih tahu berapa uangnya, berarti saya ria. Jadi, sebaiknya tidak perlu saya kasih tahu," ujar Samsul sambil tersenyum.
Pria asal Semarang, Jawa Tengah ini mengatakan dirinya hanya menjadi pemandu doa musiman.