Demi Tol Becakayu, Warga Cipinang Besar Utara Relakan Musala Miftahul Jannah Digusur

Ramadan 1440 Hijriah menjadi saat terakhir bagi warga beribadah di Musala Miftahul Jannah.

TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Musala Miftahul Jannah di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/5/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Ramadan 1440 Hijriah menjadi saat terakhir bagi warga beribadah di Musala Miftahul Jannah.

Musala yang terletak di RW 02 Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jatinegara akan digusur demi pembangunan Tol Becakayu.

Ustaz Arafat (37) mengatakan Musala yang berdiri tahun sekitar 1980-an memiliki arti khusus karena merupakan Musala pertama yang didirikan warga RW 02.

"Musala ini dibangun secara swadaya warga, pembangunannya bertahap. Mulai ditingkat ini pertengahan tahun 1980-an karena setelah pembangunan Jalan Basuki Rachmat posisinya tenggelam," kata Arafat yang bertugas sebagai pengurus Musala Miftahul Jannah di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/5/2019).

Ustaz Arafat (baju abu-abu) bersama Ponco di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/5/2019).
Ustaz Arafat (baju abu-abu) bersama Ponco di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/5/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Meski tak tahu pasti kapan pengembang Tol Becakayu menggusur Musala dan permukiman warga di RT 08 hingga RT 12, penggusuran diperkirakan setelah Hari Raya Idul Fitri.

Bagi pemuda RW 02, setelah 25 tahun berlangsung, Ramadan tahun ini merupakan waktu terakhir mereka menunaikan Tarawih di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).

"Perasaan kita sedih, tempat kelahiran kita di sini. Musala ini punya banyak kenangan buat warga. Tahun ini juga terakhir buat yang salat Tarawih di JPO dan pinggir jalan," ujarnya.

Menurutnya pengembang Tol Becakayu kini dalam tahap menakar berapa nilai bangunan warga yang terdampak, bangunan Musala Miftahul Jannah sendiri ditaksir sekitar Rp 900 juta.

Meski kehilangan Musala Miftahul Jannah, warga RW 02 Cipinang Besar Utara masih memiliki Musala Al Arif dan Masjid At Taqwa tempat mereka menunaikan ibadah Salat Jumat.

"RW 02 termasuk padat penduduk, ada 12 RT di sini. Rata-rata satu penduduk di setiap RT-nya sekitar 100 Kepala Keluarga. Warga yang kena gusur pindahnya tersebar, ada yang ke Depok," tuturnya.

Arafat menyebut warga dan pengembang Tol Becakayu sepakat bahwa lokasi untuk Musala Miftahul Jannah yang baru ditentukan warga agar masih berada di wilayah Kecamatan Jatinegara.

Anies Baswedan Bakal Panggil Waskita Karya Terkait Proyek Tol Becakayu Sebabkan Genangan

Wakil Wali Kota Bekasi Sebut Penggusuran Islamic Centre untuk Tol Becakayu Belum Final

Selain pengembang Tol Becakayu, pembangunan Musala Miftahul Jannah yang baru nantinya juga melibatkan Kementerian Agama dan Badan Wakaf Indonesia.

"Kita sih maunya di lahan yang masih wilayah Kelurahan Cipinang Besar Utara. Aturannya pengembang itu harus membangun Musala lagi di lahan yang luasnya minimal 88 meter, sesuai lahan ini. Kalau lebih dari itu boleh," lanjut Arafat.

Ponco (31), satu pengurus Musala Miftahul Jannah lainnya juga mengaku sedih karena tempatnya biasa beribadah harus digusur demi akses lingkar Tol Becakayu.

"Lahir di sini, kakek, nenek juga. Jadi memang secara turun temurun. Perasan kita ya sedih, harus pindah dari tempat kelahiran, tempat main waktu kecil. Dulu saya juga pernah salat Tarawih di JPO," kata Ponco.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved