Puluhan Tahun Salat Tarawih di JPO, Ini Suka Duka Warga Cipinang Besar Utara
Warga RW 002 Kelurahan Cipinang Besar Utara setidaknya sudah 25 tahun menunaikan salat Tarawih di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
Penulis: Bima Putra | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Warga RW 002 Kelurahan Cipinang Besar Utara setidaknya sudah 25 tahun menunaikan salat Tarawih di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Jalan Basuki Rachmat karena Musala Miftahul Jannah tak mampu menampung seluruh jemaat.
Ponco (31), satu warga RW 02 mengatakan nyaris seluruh pria sesuainya pernah menunaikan ibadah salat Tarawih di JPO yang kini kondisinya sudah tak layak karena digerogoti karat dan tak tersentuh perbaikan.
"Ya merasakan semua, yang sekarang sudah tua dulu mudanya pernah merasakan semua. Kenangan lah, dari dulu sudah sering. Khusyuk enggak khusyuk, tergantung kitanya sih," kata Ponco di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/5/2019).
• Tiap Ramadan, Warga Cipinang Salat Tarawih di JPO dan Pinggir Jalan
• Simak, Niat dan Tata Cara Salat Tarawih Berjamaah maupun Sendiri
• Hari Pertama Salat Tarawih, Masjid Istiqlal Agendakan Menteri Agama Beri Tausiah
Menurutnya salat tarawih di JPO dan pinggir jalan bukan perkara mudah karena harus menjaga kekhusyukan di tengah ribuan deru mesin kendaraan dan pejalan kaki lalu-lalang.
Ibadah warga kian tak khusyuk saat hujan deras mengguyur, mereka harus angkat kaki dari JPO ke tempat lain sampai hujan reda dan kembali dapat menggelar sajadah di JPO.
"Kelebihannya ya di atas adem, banyak angin. Tapi kalau hujan ya bubar, Menunggu dulu sebentar. Ya kurang khusyuk doang, karena banyak suara mobil dan motor lewat," ujarnya.
Ustadz Arafat (37), satu pengurus Musala Miftahul Jannah membenarkan bila sejumlah warga RW 002 terpaksa beribadah di JPO dan pinggir jalan karena daya tampung Musala sudah tak muat.
Arafat menyebut warga RW 002 tak terlalu mempersoalkan masalah JPO yang digunakan jadi tempat salat karena hanya berlangsung di pekan pertama Ramadan.
Di pekan kedua, jumlah jemaat yang menunaikan salat Tarawih berangsur susut sehingga kapasitas Musala Miftahul Jannah masih mampu menampung jemaat.
"Memang sempat meluber, tapi momentum doang. Kalau untuk sehari-hari Musala ini masih terlalu luas, untuk salat berjamaah masih cukup. Yang saya tahu perluasan itu dilakukan kalau hariannya saja enggak muat," tutur Arafat