1 Tahun Lebih Menetap di Jalan, Para Pencari Suaka di Kalideres Pindah ke Kebon Sirih

Parisa, salah satu pengungsi asal Afganistan mengaku sudah tiga hari berada di trotoar Kebon Sirih.

Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/PEBBY ADE LIANA
Para pencari suaka menetap di trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Beralaskan tikar dan terpal mereka tidur dan makan bersama dengan keluarganya, Rabu (3/7/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNJAKARTA.COM, KEBON SIRIH - Para pencari suaka yang berasal dari beberapa negara, kini berpindah ke Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat setelah sebelumnya menetap di depan Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta, Kalideres, Jakarta Barat.

Menurut penelusuran TribunJakarta.com, sudah sekitar tiga hingga lima hari lamanya, mereka bermukim di trotoar depan gedung-gedung di sekitar Jalan Kebon Sirih.

Mereka tidak memiliki tempat tinggal.

"Saya dari Afganistan, sejak tiga hari lalu. Sebelumnya saya di Kalideres sama keluarga selama satu tahun, dan sejak tiga hari belakangan, kami disini," kata Parisa salah satu pencari suaka yang bermukim Kebon sirih, Rabu (3/7/2019).

Parisa, salah satu pengungsi asal Afganistan mengaku sudah tiga hari berada di trotoar Kebon Sirih.

Dirjen Imigrasi Minta Pemda Ikut Terlibat Tangani Pencari Suaka di Rudenim Kalideres

Mengandalkan makanan pemberian masyarakat dan toilet di masjid, mereka bertahan hidup di tengah jalan.

Dirinya mengaku enggan dikembalikan ke negaranya karena keadaannya yang sedang tidak kondusif.

"Saya mau memiliki rumah untuk tinggal seperti orang lain, untuk tidur. Tidak ada orang yang mau seperti ini. Saya gak mau ke Afganistan karena di Afganistan perang. Saya mau tempat yang aman," katanya.

Untuk diketahui, tribunjakarta memantau, ada sejumlah pencari suaka berteduh di bawah pepohonan dan trotoar di sekitar lokasi.

Dengan beralaskan tikar, mereka ada yang tertidur pulas, duduk, hingga makan di bersama.

Tak hanya terdiri dari kalangan dewasa, para pencari suaka tersebut beberapa diantaranya merupakan anak-anak dan bayi.

Seorang anak kecil, menangis menatap sepotong roti yang sudah jatuh.

"Kami (anak-anak) tidak sekolah. Tidak ada yang punya uang, kita tidak dapat uang. Di sini ada orang yang membantu kami dengan memberi makan," beber Parisa.

Payung-payung pun didirikan di atas karpet dan terpal untuk menghalau panas.

Selembar kain menutupi sebagian tubuh beberapa bayi di atas terpal tersebut untuk menyelimuti bayi-bayi saat tertidur.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved