Gubernur Anies Tutup Jalan Jati Baru, Sopir Angkot Singgung Ahok
Sejak Jalan Jati Baru di depan Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, ditutup, sopir angkutan kota berteriak.
Penulis: Nawir Arsyad Akbar | Editor: Y Gustaman
lihat foto
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nawir Arsyad Akbar
TRIBUNJAKARTA.COM, TANAH ABANG - Sejak Jalan Jati Baru di depan Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, ditutup, sopir angkutan kota berteriak.
Mereka tak dapat lagi menarik para penumpang yang keluar dari Stasiun Tanah Abang, karena satu lajur Jalan Jati Baru dipakai untuk tenda pedagang kaki lima.
Sementara satu lajur lainnya digunakan untuk TransJakarta Explorer yang mengangkut penumpang dari Stasiun Tanah Abang berkeliling kawasan Pasar Tanah Abang.
"Sekarang jadi sepi. Biasanya saya menunggu penumpang di gerbang selatan stasiun," ujar Dili, sopir Angkot M08, saat ditemui TribunJakarta.com, Selasa (30/1/2018).
Ia membandingkan, pengawasan Tanah Abang lebih baik di bawah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ketimbang Anies Baswedan.
Di era Ahok, tidak ada penutupan Jalan Jati Baru, dan PKL dikioskan ke Blok G Pasar Tanah Abang.
Sehingga Jalan Jati Baru dari dua arah tetap dapat dilewati kendaraan.
"Sebenernya enak zaman Ahok. Semuanya dapat, jadi adil," Dili menegaskan.
Menurut hemat Dili, penutupan satu ruan Jalan Tanah Abang untuk tenda PKL sejatinya tak terlalu berdampak bagi warga Jakarta.
"Kebanyakan yang berjualan di sana kebanyakan orang luar. Ada yang dari Bogor, Lampung," beber Dili.
Rencananya, Rabu (31/1/2018), para sopir angkot akan kembali berunjukrasa di bawah jembatan layang Jalan Jatibaru, Tanah Abang.
Mereka menuntut Pemprov DKI Jakarta kembali membuka akses Jalan Jatibaru yang ditutup sejak Desember 2017.
"Kalau enggak dikabulkan, habis besok," kata Dili.
