Terungkap Perubahan Rencana Zaadit Ketika Hendak Tiup Peluit dan Angkat Kartu Kuning Untuk Jokowi
"Mau enggak mau saya tunggu dulu sekitar setengah menit. Kemudian saya disamperin Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres)," kisah Zaadit.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas.
TRIBUNJAKARTA.COM, DEPOK- Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Zaadit Taqwa telah merancang akan memberikan kartu kuning kepada Presiden Joko Widodo usai acara pemberian salam saat acara Dies Natalies ke-68, di UI, Depok, Jawa Barat, Jumat (2/2/2018).
Rencana itu terpaksa dibatalkan karena Presiden Jokowi terlebih dahulu acara peresmian.
Baca: Miris! Karena Ketiadaan Biaya, Bayi Pemulung Yang Lahir di Gerobak Ini Hendak Dijual Orang Tuanya
"Tadinya rencana saya itu selesai Pak Jokowi beri salam, langsung prit. Ternyata Pak Jokowi peresmian dulu dong. Kalo kita menggangu itu lebih tidak sopan," kata Zaadit di acara Shafa Young Activist Award 2018, di Fakultas Ilmu Budaya UI, Depok, Jawa Barat, Sabtu (10/2/2018).
Untuk menghormati peresmian itu, Zaadit menunggu hingga prosesi itu selesai.
"Mau enggak mau saya tunggu dulu sekitar setengah menit. Kemudian saya disamperin Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres)," kisah Zaadit.
Baca: Asisten Dosen UI Ini Meminta Maaf Karena Unggah Nilai Ketua BEM UI Zaadit Taqwa ke Media Sosial
Kemudian Paspampres itu menanyakan gelagat Zaadit yang mencurigakan.
"Kemudian dia nanya 'Mas, mau ngapain' sembari menekan-nekan. Saya bilang "sebentar dulu pak, sebentar'," beber Zaadit disertai riuh tertawa peserta.
Zaadit kemudian berhasil meloloskan diri dari hadangan Paspampres.
Baca: Nobar Aksi Kartu Kuning, Zaadit Taqwa Sebut Sudah Memperhitungkan Aspek Kesopanan
"Tapi pas selesai peresmian, akhirnya saya lolos trus maju ke depan langsung bunyikan peluit," terang mahasiswa jurusan Fisika itu.
Menurut Zaadit aksi tersebut merupakan sebuah cara mahasiswa untuk bersuara menyatakan pendapatnya.
"Enggak mungkin dengan serta merta merubah kebijakan pemerintah. Engga mungkin juga tiba tiba mahasiwa bangun perusahaan besar yang menghilangkan pengangguran. Tugas mahasiswa adalah bersuara," tukas Zaadit.
Kritik
Mantek, Alumni Mahasiswa Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), mengkritik aksi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UI Zaadit Taqwa.
Dalam diskusi Shafa Young Activist Award 2018 di FIB UI, Mantek menilai aksi Zaadit yang memberikan 'kartu kuning' kepada Presiden Joko Widodo saat acara dies natalis ke-68 UI tidak sopan.
Baca: Nobar Aksi Kartu Kuning, Zaadit Taqwa Sebut Sudah Memperhitungkan Aspek Kesopanan
"Menurut saya Zaadit sangat tidak sopan menjamu tamu di rumah sendiri," kata Mantek, Depok, Jawa Barat, Sabtu (10/2/2018).
Baca: Pemulung yang Melahirkan Bayi di Gerobak Diduga Menderita Penyakit Kejiwaan
Mantek kembali mengkritik Zaadit karena Zaadit dalam hanya mempersoalkan satu poin yakni persoalan gizi di Asmat saja.
"Dan kenapa hanya satu permasalahan saja mengenai soal Asmat. Masih banyak permasalahan lain yang seharusnya diungkap," kritik Mantek.
Mantek kemudian menduga bahwa bincang-bincang ini diisi oleh kepentingan partai.
Baca: Jadi Guru Honorer 11 Tahun di Tangerang, Ahmad Tartusi Hanya Dapat Honor Rp 400 Ribu Sebulan
"Saya menduga bincang-bincang ini disertai juga oleh kepentingan partai," kata Mantek bernada curiga.
Pada kesempatan tersebut, Zaadit menjawab bahwa persoalan Asmat ini merupakan diskusi dari seluruh BEM Fakultas di UI
"Asmat hanya menjadi simbol untuk masyarakat menyelesaikan fasilitas fasilitas umum. Itu tugas pemerintah agar daerah terpencil mendapat haknya,"balasnya.
Menutup Diri
Ketua Badan Eksekusif Mahasiswa Universitas Indonesia Zaadit Taqwa kini memilih menutup diri terhadap media massa.
Zaadit tidak bersedia memberikan tanggapan kepada wartawan terkait aksinya yang memberikan 'kartu kuning' kepada Presiden Joko Widodo saat acara Dies Natalies ke-68, di UI, Depok, Jawa Barat, Jumat (2/2/2018).
Baca: Dua Pelawak Indonesia yang Ditangkap Imigrasi Hong Kong Terancam 2 Tahun Bui
Saat hendak diwawancara usai Diskusi Publik Shafa Young Activist 2018 di FIB UI, Depok, Sabtu (10/2/2018), Zaadit memilih bungkam.
Zaadit enggan menanggapi terkait masifnya kritik yang dialamatkan kepada dirinya.
Terlihat Zaadit hanya tersenyum saat disinggung mengenai perihal kritik dari sejumlah pihak.
Koordinator Bidang Sosial Politik BEM UI, Averous Noor Esa langsung datang menghampiri dan menegaskan tidak memberi reaksi dan jawaban terhadap perihal aksi tersebut.
Baca: Derita Penyakit Gula, Ayah Bayi yang Lahir di Gerobak Pemulung Pernah Memotong Sendiri Jari Kakinya
"Maaf kami sudah menutup diri dari media perihal aksi tersebut semenjak acara Mata Najwa di TV," kata Averous.
Sekadar informasi, dalam acara di Mata Najwa edisi Kartau Kuning Jokowi, turut diundang BEM dari berbagia kampus. Perwakilan BEM yang hadir antara lain dari UGM, IPB, Trisakti, ITB.
Warganet kemudian memberikan penilaian negatif kepada Zaadit dan menilai Presiden BEM UGM Obed Kresna lebih menguasai persoalan.
Donasi
Kelompok pemuda Islam yang tergabung dalam Shafa Community memberikan donasi kepada Ketua BEM UI 2018 Zaadit Taqwa sebesar Rp 30 juta.
Bantuan tersebut diberikan untuk membantu kesehatan di Suku Asmat, Papua
"Karena kesehatan disuku Asmat sangat minim dan jarak rumah sakit sangat jauh jaraknya," usai Nobar Aksi Kartu kuning di Kampus FIB UI, Depok, Sabtu (10/2/2018).
Baca: Didukung Jadi Presiden oleh Lima Tokoh Lintas Agama, Prabowo: Masih Lama
Donasi diberikan langsung oleh Presiden Shafa Community Muhammad Noorsal kepada Zaadit Taqwa.
Zadit mengungkapkan uluran bantuan masih sangsat dibutuhkan untuk Suku Asmat.
Karena itu Zaadit berharap pemerintah bisa segera menangani masalah tersebut.
Baca: Prabowo Pusing Kendalikan Fadli Zon yang Penuh Kontroversi
"Fasilitas umum diatas hanya ada satu RSUD itu merupakan tugas pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di pedalaman dan terpencil" ujar Zaadit.
Sebelumnya diberitakan Zaadit memberikan kartu kuning kepada Presiden Jokow Widodo.
Alasannya untuk mengkritik kinerja pemerintah kabinet kerja yang tidak bisa menjaga kesehatan Suku Asmat.