Kecelakaan Maut Subang
Sistem Pengereman Sempat Tak Berfungsi, Sopir Tetap Lanjut Melajukan Bus
Tapak ban bus pyang kecelakaan di turunan Emen, Subang, Sabtu (10/2/2018) sore, membekas di jalan aspal sepanjang kira-kira 300 meter.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNJAKARTA.COM, SUBANG - Tapak ban bus pariwisata Premiun Passion yang kecelakaan di turunan Emen, Subang, Sabtu (10/2/2018) sore, tampak membekas dan menempel di jalan aspal sepanjang kira-kira 300 meter.
Dalam peristiwa nahas tersebut, bus lebih dulu menyenggol pengemudi motor sebelum terguling karena jalanan curam dan berbelok di Kampung Cicenang Desa Ciater Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang.
Sebanyak 27 orang meninggal dalam kecelakaan tersebut, termasuk di dalamnya satu pengemudi motor.
Baca: Olah Tempat Kecelakaan Maut di Tanjakan Emen, Polisi Gunakan Drone
Baca: Lantunan Tahlil dan Yasin Terdengar di Makam Massal Korban Kecelakaan Tanjakan Emen
Pantauan Tribun Jabar di lokasi, Minggu (11/2/2018), tapak ban selebar sekira 20 sentimeter dan panjang 40 sentimeter bus terlihat tepat di depan warung-warung yang jaraknya sekitar 500 meter dari titik utama kejadian.
Polisi yang mengolah tempat kejadian perkara menandai tapak bus berwarna hitam tipis seperti bekas rem dengan garis putih.
Menurut informasi yang didapat dari lapangan, bus sempat mengerem beberapa detik sebelum menabrak pengendara sepeda motor, lalu menabrak tebing dan akhirnya terguling tepat di tikungan.
"Jejak ban ini kemungkinan bekas ban dari bus yang direm sopir. Kalau jejak ban bekas remnya tiba-tiba menebal kemudian menipis lagi, kemungkinan karena remnya tidak berfungsi dengan baik," ucap petugas dari Polres Subang, Bripka D Iskandar.
"Sempat mengerem, kecepatan berkurang, tapi karena remnya tidak terlalu berfungsi maka kecepatan bus meningkat lagi," petugas olah TKP itu menambahkan.
Hanya saja, tapak ban bekas rem terlihat satu garis saja.
Menurut petugas tapak bekas ban itu diduga berasal dari roda sebelah kanan bus. Tidak ada jejak sama di kiri atau kanan jejak ban tersebut.
Sementara jejak ban menempel di aspal paling akhir berada tepat di turunan curam.
"Kemungkinan hanya satu saja yang berfungsi. Ada bagian lain dari sistem rem mobil bus yang tidak berfungsi sehingga meski ada aktivitas pengereman yang terbukti dengan adanya jejak-jejak ban, bus tetap melaju hingga ke turunan dan menabrak di pas tikungan," dia menerangkan.
Hal itu dikuatkan dengan pengakuan sopir bus, Aminudin, kepada polisi saat pemeriksaan awal yang disampaikan Kakorlantas Mabes Polri, Irjen Pol Royke Lumewa saat membantu olah TKP.
"Mereka sempat berhenti dulu di sekitar Tangkuban Perahu. Sopir sempat berkomunikasi dengan manajemen memberitahukan rem tidak berfungsi baik. Kemudian sopir memperbaiki sistem rem untuk sementara dan bus tetap jalan," ujar Royke.
Dugaan itu kembali dikuatkan pemilik warung di lokasi sebelum titik kejadian atau sebelum turunan, sekitar 300 meter dari titik lokasi bus terguling.
"Betul pak, saya sempat lihat itu bus melaju dengan cepat dengan ban kanan bus menjorok ke tengah melewati garis tidak putus. Saya tidak tahu bakal ada kejadian, tiba-tiba setelah itu ada suara benturan kencang sekali," ujar pemilik warung.