5 Fakta Suliono yang Menyerang Gereja di Sleman: Orangtua Histeris dan Ingin Menikahi Bidadari

Pascakejadian polisi langsung mengamankan pelaku, termasuk menyita senjata tajam yang digunakan.

TRIBUNJOGJA.COM / Bramasto Adhy
Sejumlah anggota kepolisian melakukan olah tempat kejadian perkara penyerangan di Gereja St Lidwina, Bedog, Sleman, Minggu (11/2/2018). Seorang yang belum diketahui identitasnya menyerang umat Katolik yang sedang beribadah hingga melukai beberapa orang. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA -- Penyerangan yang dilakukan Suliono (23) di Gereja St. Lidwina Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (11/2/2018) mengakibatkan empat orang mengalami luka.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribunnews.com, Suliono menyerang jemaat yang berada di dalam gereja dengan menggunakan senjata tajam.

"Benar, (untuk motif) pelaku harus diperiksa dulu," ujar Kabag Penum Divhumas Polri, Kombes Martinus Sitompul saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (11/2/2018).

Pascakejadian polisi langsung mengamankan pelaku, termasuk menyita senjata tajam yang digunakan.

Baca: Deretan Fakta Cagub Marianus Sae yang Terkena OTT KPK: Blokade Bandara, Harta dan Hobi Berkuda

Empat orang mengalami luka akibat insiden tersebut.

Budijono (44), mengalami luka sobek pada bagian kepala belakang dan leher bagian belakang akibat senjata tajam.

Romo Prier mengalami sobek pada kepala belakang akibat senjata tajam.

Aiptu Munir, Aspol Polsek Gamping mengalami luka pada tangan akibat senjata tajam.

Martinus Parmadi Subiantara mengalami luka pada punggung akibat senjata tajam.

Baca: Selain Tanjakan Emen, Ini Daftar 7 Tanjakan Maut di Indonesia, Dimana Saja?

Peristiwa bermula, saat pelaku masuk dari pintu gereja bagian barat dan langsung menyerang korban Martinus Parmadi Subiantoro dan mengenai punggung sehingga jemaat yang berada di belakang kanopi membubarkan diri.

Pelaku masuk ke gedung utama gereja sambil mengayun-ayunkan senjata tajam sehingga para jemaat juga membubarkan diri.

Selanjutnya pelaku berlari ke arah koor dan langsung menyerang romo Prier yang sedang memimpin misa dan pelaku masih menyerang para jemaat yang masih berada di dalam gereja dan mengenai korban Budi Purnomo dengan masih mengayun ayunkan senjata tajamnya.

Menurut Martinus, petugas Polsek Gamping yang dihubungi via telepon mendatangi lokasi, kemudian melakukan negosiasi kepada pelaku agar menyerahkan diri.

"Namun, pelaku berusaha menyerang petugas sehingga petugas mengeluarkan tembakan peringatan dan pelaku masih saja menyerang petugas mengenai tangan Aiptu Al Munir," ujar Martinus.

Petugas terpaksa mengeluarkan tembakan ke arah pelaku dan mengenai perut pelaku sehingga dapat dilumpuhkan.

"Pelaku dibawa ke RS. UGM," ujar Martinus.

Siapakan Suliono yang tega melukai jemaat serta pastor Gereja St. Lidwina, Sleman?

Berikut rangkuman fakta mengenai Suliono dari berbagai sumber:

1. Ingin menikah dengan Bidadari

Penyerangan pemuda yang menghunuskan pedang di gereja St Lidwina Minggu (11/2/2018) pada pukul 07.30 WIB menghebohkan. TWITTER
Penyerangan pemuda yang menghunuskan pedang di gereja St Lidwina Minggu (11/2/2018) pada pukul 07.30 WIB menghebohkan. TWITTER (Twitter)

Dikutip Tribunnews.com dari Surya, Orangtua Suliono (22), pelaku penyerangan Gereja St Lidwina, Gedog, Sleman, Yogyakarta, tinggal di Dusun Krajan, RT 2/RW 1, Desa Kandangan, Pesanggaran, Banyuwangi, Mistaji, ayah Suliono mengaku mengetahui tindakan anaknya setelah diberitahu oleh warga.

"Saya sudah tahu. Dikasih tahu dari perangkat desa sama tokoh masyarakat di sini," kata Mistaji, ayah Suliono, pada wartawan, Minggu (11/2/2018).

Mistaji mengatakan, sebelum melakukan penyerangan, Sabtu (10/2/2018), Suliono sempat menelepon keluarga untuk bertanya kabar.

Saat ditelepon anaknya, Mistaji berusaha untuk membujuknya agar pulang ke Banyuwangi.

"Saya sempat minta dia untuk pulang. Tapi dia tidak mau," kata Mistaji.

Mistaji sempat meminta agar Suliono menikah, dan tinggal di Banyuwangi. Namun permintaan itu ditolak.

"Saya sempat suruh dia pulang ke Banyuwangi dan menikah. Tapi dia tidak mau. Malah dijawab ingin menikah dengan bidadari," katanya.

Menurut Mistaji, anaknya itu masih belum bisa pulang karena ingin menyelesaikan Khataman Al Quran di pondok pesantren.

2 Sosoknya pendiam dan baik

Orangtua Suliono, Mustaji tidak menyangka anaknya melakukan penyerangan di gereja.

Mistaji mengenal Suliono sebagai anak yang pendiam dan baik-baik saja. Tidak ada sesuatu yang mencurigakan pada anaknya itu.

"Saya Kaget. Sekarang saya bingung. Saya hanya bisa pasrah. Semoga terjadi apa-apa," katanya.

Mistaji memiliki empat orang anak. Namun keempat anaknya itu, saat ini tidak ada yang tinggal bersamanya.

Anak pertama dan kedua, kini tinggal di Papua dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan anak bungsunya kini mondok di Kecamatan Genteng Banyuwangi. Setelah lulus SMP, Suliono sempat tinggal dan sekolah di Sulawesi, ikut kakaknya. Namun setelah itu, Suliono, memilih untuk kuliah dan mondok di Magelang.

Saat ini Mistaji tinggal bersama istrinya, Edi Susiah (54). Dusun Krajan terletak sekitar tiga jam perjalanan dari Kota Banyuwangi.

Rumah Mistaji terlihat sederhana, berdinding anyaman bambu dan beralaskan tanah.

3. Suliono disebut Cerdas

Budi Tri Widodo, satu di antara rekan masa SMA Suliono, pelaku penyerangan gereja St Lidwina, Minggu (11/2/2018), mengakui bahwa Suliono adalah sosok yang cukup cerdas.

Suliono juga dikenal sebagai pribadi yang cukup akrab dengan teman-teman lainnya.

"Sebenarnya dia (Suliono -red) itu orangnya cerdas," papar Bayu saat ditemui tribunjogja.com, Minggu (11/2/2018) sore.

Bahkan, Suliono disebut juga sempat mendapatkan beasiswa dalam menempuh pendidikan kuliahnya di Palu, Sulawesi Tengah.

"Beasiswa juga kan dia kuliahnya," lanjutnya.

Suliono juga diketahui sosok yang baik. Dirinya banyak membantu kerabatnya.

"Kalau nggak salah, setahu saya terakhir dia juga bantu kakaknya juga, menjahit," ujarnya.

4. Kesaksian Tetangga soal Suliono

Rumah orangtua pelaku penyerangan gereja St Lidwina di Banyuwangi
Rumah orangtua pelaku penyerangan gereja St Lidwina di Banyuwangi (surabaya.tribunnews.com/haorrahman)

Dikutip Kompas.com, Mubarok (58), tetangga Suliono yang juga mantan Kepala Desa Kandangan, Minggu (11/2/2018), mengatakan kenal baik dengan keluarga Suliono, bahkan sejak Suliono masih anak-anak.

"Dia rajin beribadah sejak kecil dan sering saya minta untuk mengaji saat ada acara pengajian karena suaranya saat baca Al Quran bagus sekali. Anaknya juga sangat cerdas," ujar Mubarok.

Saat lulus SMP, menurut Mubarok, Suliono pernah mondok selama enam bulan di Pondok Pesantren Ibnu Sina Genteng Banyuwangi milik KH Maskur Ali, Ketua PCNU Banyuwangi.

Namun, Suliono keluar karena mengaku tidak sepaham dengan ilmu yang diajarkan di pondok pesantren tersebut.

"Saat itu dia keluar dan pindah ke Witabonda Morowali, tinggal dengan kakaknya. Namun, karena alasan tidak sepaham dengan kakaknya, dia pindah lagi ke Palu. Saya tahu karena kakaknya selalu berkomunikasi dengan saya dan Suliono juga pernah langsung bilang ke saya kalau enggak sepaham pemikirannya dengan apa yang saya yakini," jelas lelaki yang tinggal sekitar 200 meter dari rumah keluarga Suliono itu.

Diberitakan sebelumnya, seorang pria melakukan penyerangan dengan senjata tajam saat ibadah misa di Gereja Santa Lidwina Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta, Minggu (11/2/2018) pagi.

Akibatnya, tiga umat, satu orang romo, dan satu anggota polisi mengalami luka akibat sabetan pedang.

5. Orangtua Suliono Histeris saat Polisi Geledah rumah

Edi Susiyah (54), ibu kandung Suliono, pelaku penyerangan Gereja Santa Lidwina, mengaku histeris saat pihak polisi memeriksa kamar anaknya, Minggu (11/2/2018) malam.

Bahkan, ibu empat anak tersebut membanting badannya ke lantai rumahnya dan berteriak, serta mengusir petugas kepolisian dan warga sekitar yang berdatangan ke kediamannya, di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi.

"Ojo dibongkar-bongkar. Ra ono klambi anakku nang kene. Anakku ditangkap polisi, saiki nang rumah sakit. Metuo... metuo kabeh. Preman-preman kabeh iki. Aku iki wong bodoh, ojo diganggu (Jangan dibongkar. Tidak ada baju anakku di sini. Anakku ditangkap polisi, sekarang di rumah sakit. Preman-preman semua. Aku ini orang bodoh. Jangan diganggu)," teriak Edi Susiyah.

Sebelum memeriksa kamar pribadi Suliono, pihak kepolisian sempat memeriksa keluarga Suliono di rumahnya, termasuk Solikin, adik kandung Suliono yang saat ini masih kuliah di Banyuwangi.

Menurut Solikin, dia jarang berkomunikasi dengan kakak kandungnya karena selain kakaknya jarang pulang, dia sendiri mondok di Pondok Pesantren Ibnu Sina.

"Kami tidak pernah diskusi paham apa pun. Jika bertemu, paling ya cuma ngajak shalat berjemaah di mushala. Jarang berkomunikasi," kata Solikin di hadapan petugas kepolisian. (Tribunnews.com/Surya/Tribun Jogja/Kompas.com)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved