Menolak Kabur, Hitler Bekali Pengikutnya dengan Sianida

Pasukan SS dengan kefanatikan bertempurnya terus sehingga baru tersapu habis menjelang tengah malam.

Editor: Erik Sinaga
Hitler dan Hanna Reitsch dalam suatu pertemuan | Wikimedia Commons 

TRIBUNJAKARTA.COM- Hari Senin 30 April, pasukan Rusia tinggal satu blok dari gedung kekanseliran dan bunker Hitler.

Kondisi semakin gawat. Pertempuran memperebutkan gedung Reichstag berlangsung sengit.

Baca: Ingin Beli David de Gea? Manchester United Patok Harga Rp 1,6 Triliun

Beberapa kali pasukan infanteri Soviet berusaha menyerbu, tetapi setiap kali pula terpukul mundur.

Ketika mereka akhirnya berhasil memasuki gedung simbol kekuasaan Nazi itu, untuk merebutnya pun harus melalui pertempuran berdarah-darah dari ruang satu ke ruang lain, dari tingkat satu ke tingkat lainnya.

Tank dan meriam dikerahkan mendukung serbuan tersebut.

Pasukan SS dengan kefanatikan bertempurnya terus sehingga baru tersapu habis menjelang tengah malam.

Beberapa menit sebelum hari berganti menjadi 1 Mei, hari sangat penting bagi Soviet Rusia, bendera kemenangan berhasil dikibarkan di atas gedung Reichstag.

Namun karena perebutan Reichstag harus dipropagandakan ke dunia sebagai puncak kemenangan Soviet terhadap Nazi peristiwa besar itu harus 'diulang'.

Pagi-pagi tatkala matahari mulai menyinari Berlin, dilakukanlah pengibaran ulang bendera kemenangan di atap gedung tersebut, khusus untuk difoto.

Sebenarnya ketika pasukan SS sedang bertempur mati-matian demi membela Hitler, di bungkernya sejumlah orang menemui Hitler dan menawarkan cara untuk melarikan diri.

Baca: Unggahan Ini Jadi Bukti Michael Essien Benar Hengkang dari Persib

Tapi Hitler dengan tegas menolak permohonan agar dia meloloskan diri meninggalkan Berlin.

Sebenarnya ada cara untuk kabur dan satu-satunya jalan yang tersisa adalah lewat udara.

Pilot pribadi Hitler, Hans Bauer menyatakan siap menerbangkannya.

Dan bila perlu dengan pesawat pengebom jenis Junker terbaru yang mampu menempuh jarak jauh hingga Timur Tengah.

Wanita pilot Jerman yang paling ulung dan pengagum Hitler, Hanna Reitsch juga telah menyiapkan sebuah pesawat ringan jenis Fieseler Storch di dekat Gerbang Brandenburg Berlin.

Di dalam bunker Hitler, Hanna memohon Hitler terbang dengannya ke selatan.

Namun lagi-lagi Hitler menolak. Ia malah memerintahkan Hanna menerbangkan Panglima Luftwaffe yang baru, Marsekal Robert Ritter von Greim.

Baca: Jadi Korban Bom Sarinah, Ipda Deny Kini Sulit Mendengar dan Kepala Sering Pening

Saat itu kaki Greim terluka parah akibat tembakan dari darat dalam penerbangannya ke Berlin bersama Hanna.

Kepada Greim, Hitler memerintahkan untuk menangkap Goering dan Himmler yang telah dianggap mengkhianatinya.

Tak lupa Fuehrer memberi 'sangu'(bekal) kepada Hanna dan Greim masing-masing kapsul racun sianida, siapa tahu mereka memerlukannya.

Tatkala hari mulai gelap, Hanna dan Greim menerbangkan pesawat kecilnya yang terombang-ambing di atas Berlin.

Mereka hanya melihat pusat kota memerah dilalap api serta asap kebakaran di mana-mana.

Nazi Jerman telah hancur dan Hitler yang tidak bisa menerima kehancuran 'Kekaisaran Reich Ketiganya" akhirnya memilih bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri. (Agustinus Winardi)

Berita ini telah tayang di Intisari dengan judul: Ditawari untuk Kabur, Hitler Justru Menolak dan Malah Bekali Para Penyelamatnya dengan Sianida

Sumber: Intisari
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved