Kasus First Travel
Pengakuan Mantan Karyawan First Travel : Bagi Mereka Makanan Biasa, Kalau Buat Saya Jantungan
Mantan karyawan First Travel ini mengatakan kalau sebelum kerja di Fisrt Travel dirinya sudah terbiasa kerja dengan jadwal keberangkatan yang jelas.
Penulis: Ilusi Insiroh | Editor: Ilusi Insiroh
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ilusi Insiroh
TRIBUNJAKARTA.COM - Mantan Karyawan First travel mengaku perubahan jadwal baginya bukanlah hal yang biasa.
Sejak tahun 2016 manajemen First Travel terbiasa mengubah jadwal keberangkatan jemaah.
Hal itu dilansir TribunJakarta.com dari wawancara Rosi di YouTube Kompastv, Rosi mewawancarai satu mantan karyawan First Travel yang sangat menutupkan identitasnya.
Mantan karyawan First Travel ini mengatakan kalau sebelum kerja di Fisrt Travel dirinya sudah terbiasa kerja dengan jadwal keberangkatan yang jelas.
"Kalau saya sudah terbiasa kerja di travel lain sudah tau tentu jadwal berangkatnya kapan, pulangnya kapan," kata mantan karyawan First Travel.
Wanita bercadar ini menambahkan kalau First Travel selalu reschedule atau merubah jadwal keberangkatan dan kepulangan jemaah.
Ini merupakan hal yang biasa untuk karyawan yang lain, dan Andika Surachman, Anniesa Hasibuan serta Siti Nuraidah Hasibuan.
Baca: Belum Tahu Peraturan Ganjil Genap di Tol Bekasi? Simak Hal Ini

"Bagi mereka makanan biasa, kalau buat saya jantungan," tambahnya.
Mantan karyawan Andika dan Anniesa juga mengatakan banyak jemaah yang diberangkatkan tanpa mempunyai tiket pulang.
Dan ini juga merupakan hal yang biasa di First Travel.
"Jamaah diberangkatkan, misalnya 50 jemaah berangkat Jakarta-Jeddah, kemudian disana harusnya tour umrah selesai 8 hari, tapi ketika pulang ibaratnya mutawif atau tourleader menanyakan jadwal kepulangnnya kapan, manajemen atau customer service tidak dapat memastikan kapan pulangnya. Tunggu saja tiketnya, tunggu saja tiketnya," ucap mantan karyawan First Travel.
Diketahui sebelumnya, Andika Surachman, Anniesa Hasibuan dan Siti Nuraidah Hasibuan menjadi tersangka penggelapan dana jemaah umrah.
Mereka diduga menipu calon jemaah dengan menawarkan perjalanan umrah dengan paket murah.
Baca: Luhut Pandjaitan Dukung Penerapan Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek
Namun, hingga batas waktu tersebut, calon jemaah tak kunjung menerima jadwal keberangkatan.
Bahkan, sejumlah korban mengaku diminta menyerahkan biaya tambahan agar bisa berangkat.
Para tersangka diduga meraup uang calon jemaah sekitar Rp 800 miliar.
Penyidik telah menyita sejumlah aset milik tersangka, tetapi jumlahnya hanya sekitar Rp 50 miliar.