Potret Pratu Randi yang Tolong Anak TK dari Tank Tenggelam: Pertanda Aneh sampai Teriakan Ibunda
Masing-masing Pratu Randi Suryadi dari Batalyon Infanteri 412/BES dan Iswandari, guru pengasuh Pos PAUD Ananda.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, PURWOREJO - Musibah tank tenggelam di Sungai Bogowonto, Kabupaten Purworejo, Jateng, Sabtu (10/3/2018) siang, menyisakan duka mendalam.
Pasalnya, dua korban meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.
Masing-masing Pratu Randi Suryadi dari Batalyon Infanteri 412/BES dan Iswandari, guru pengasuh Pos PAUD Ananda.
Baca: Perempuan Tak Waras Tusuk Ustaz Saat Salat: Kronologi sampai Pengakuan Korban dan Kakak Pelaku
Menurut Kepala Dispenad Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh, insiden ini terjadi ketika 1 unit tank M113A1 yang mengangkut anak-anak terperosok masuk ke Sungai Bogowonto.
"TNI AD sangat menyesalkan kejadian itu dan menyatakan duka cita yg mendalam kepada keluarga korban yang meninggal," terang Brigjen Alfred dalam rilis yang diterima Tribunjateng.com.
"TNI AD sangat menyesalkan kejadian itu dan menyatakan duka cita yg mendalam kepada keluarga korban yang meninggal," terang Brigjen Alfred dalam rilis yang diterima Tribunjateng.com.
Baca: Ini Siasat Pemilik Warteg Hadapi Kenaikan Harga Cabai
Menurut sejumlah saksi, Sabtu pagi tadi, sejumlah anak-anak dari beberapa Pos PAUD dan TK dari Kecamatan/Kabupaten Purworejo mengikuti outbound di Yonif 412/BES.
Mereka berasal dari Pos PAUD Ananda, Lestari, dan Handayani serta TK Masitho dan TK Siwi Peni.
Baca: Bersepeda Keliling Indonesia Selama 700 Hari, Mahir Bawa Misi Ini
Jumlahnya sekitar 180 anak yang didampingi empat guru dari masing-masing sekolah atau total 20 guru.
Meninggal usai kelelahan

Prajurit TNI Pratu Randi harus berjuang menyelamatkan siswa-siswi TK di dalam tank yang terperosok ke Sungai Bogowonto, Purworejo sebelum dirinya menjadi korban karena kelelahan.
Kadispenad TNI AD Brigjen Alfret Denny Tuejeh menjelaskan, Pratu Randi akhirnya meninggal dunia setelah menyelamatkan anak-anak siswa TK yang ada di dalam tank yang terperosok ke sungai yang cukup dalam tersebut, Sabtu (19/3/2018) siang.
Kecelakaan terjadi pada saat acara out bond siswa-siswi TK dan PAUD dengan TNI AD di Purworejo.
"Dia (Pratu Randi) mengalami kelelahan menyelamatkan anak-anak supaya tidak terbawa arus. Tapi pada akhirnya dia sendiri juga terbawa arus," kata Alfret dalam keterangan persnya di Jakarta, Sabtu (10/3/2018).
Selain Randi, korban meninggal dunia adalah Ny Iswandari, Ketua Yayasan TK Ananda juga meninggal di rumah sakit karena terbawa arus.
Saat ini, jelasnya, jenazah Pratu Randi sadang dalam perjalanan ke Sumedang untuk dimakamkan, sedangkan Iswandari rencananya akan dimakamkan besok, Minggu (11/3/2018) di Purworejo.
Pertanda aneh

Saat pulang kampung Pratu Randi Suryadi masih dalam keadaan sehat. Sebelum peristiwa nahas itu Cucu Suhendar mengaku sempat merasakan keanehan.
"Tidak tahu apakah itu pertanda atau bukan. Tiga hari lalu ada yang mengetuk pintu rumah saya dan bilang 'Mang' tapi saat dibuka tidak ada siapa siapa," ujar Cucu Suhendar.
Kini, Cucu Suhendar dan keluarga besar Pratu Randi Suryadi hanya dapat berusaha untuk mengiklaskan kepergian putra kebanggaan mereka.
"Walau berat, saya akan belajar iklas," ujar Cucu Suhendar.
Karangan bunga duka cita tampak memenuhi rumah duka. Karangan bunga dikirimkan para pejabat TNI, mulai dari Komandan Brigade Infanteri (Danbrigif) Mekanis Raider 6/2 Kostrad Letkol Inf Rudi Saladin, Panglima Divisi II Kostrad Mayjen TNI Agus Suhardi, hingga Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahyanto.
Sejak pagi, tetangga mulai berdatangan ke rumah duka untuk melayat dan memberikan dukungan bagi keluarga. Sejumlah personel TNI terlihat turut membantu persiapan pelepasan jenazah Pratu Randi Suryadi di rumah duka.
Pengakuan Sahabat Pratu Randi
Dilansir Tribunjabar.id dari akun Facebook Rizqie Arisandi, potret foto Pratu Randi Suryadi pun turut menyertai ucapan duka dari kawannya itu.
Rizqie bahkan membongkar sikap sobatnya sejak di bangku SMP itu. Ternyata, Pratu Randi Suryadi bukanlah orang biasa.

Menurutnya, Pratu Randi Suryadi adalah sosok yang sangat berarti baginya.
Beragam nasihat pun kerap diterima Rizqie sehingga membuatnya menjadi seorang berseragam polisi.
"Inalillahi wainailaihirojiun.. CS.kuh Randi Suryadi semoga diterima iman islamnya diterangkan alam kuburnya ditempatkan di surga nya Alloh swt aminn. Keluarga yg ditinggalkan.a semoga diberi ketabahan
Selamat Jalan CS.kuh yg terbaik.. banyak nasihat yang membuatku jadi seorang abdi negara yg dlu pernah sama2 berjuang meskipun ternyata akhir.a kita berbeda warna seragam RIP Om Dadoz," tulis Rizqie pada unggahannya.
Walaupun berbeda warna seragam, jalan hidupnya yang sama-sama memilih dunia militer, membuat Rizqie tak melupakan sosok Pritu Randi Suryadi.
Pada kolom komentar, Rizqie pun menanggapi komentar kawan di Facebook-nya.
Ia menyatakan, Pratu Randi Suryadi adalah orang yang sangat baik dan tidak sombong.
Selain itu, pria asal Sumedang ini pun dikenal sebagai sosok yang murah senyum.
Kawan lainnya Pratu Randi Suryadi, dilansir dari akun Facebook Noer Ilvey, turut memberikan komentar terhadap sahabatnya yang telah meninggal itu.
Noer mengaku Pratu Randi Suryadi pun, dikenal sebagai anak yang saleh.
Pada laman Facebook-nya Noer pun menuliskan ucapan duka. Selain itu, diunggah pula penampakan rumah mendiang Pritu Randi Suryadi di kawasan Sumedang itu.
Pratu Randi berasal darti keluarga sederhana

Pratu Randi Suryadi, anggota Yonif Mekanis Raider 412/BES/6/2 Kostrad yang meninggal dalam kecelakaan tank jatuh ke sungai, Sabtu (10/3/2018), berasal dari keluarga sederhana.
Ayah Randi Suryadi, Eman Sumantara (53), dan ibunya, Oneng Rohaeni (45), merupakan buruh pabrik.
Mereka bekerja di pabrik tak jauh dari rumah duka di Kampung Cisempur, Desa Cisempur, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
Randi Suryadi sudah memiliki cita-cita untuk berseragam loreng atau menjadi tentara sejak sekolah.
Hal tersebut diungkapkan paman Pratu Randi Suryadi, Cucu Suhendar (44), ketika ditemui Tribun Jabar di rumah duka, Minggu (11/3/2018).
Meski dari keluarga sederhana, kata Cucu Suhendar, keponakannya tersebut tak pernah berkecil hati dan tetap bertekad untuk masuk tentara.
"Dari kelas 2 SMA itu dia sudah sering lari, persiapan fisik, biar siap saat tes katanya," ujar Cucu Suhendar.

Paman dari Pratu Randi Suryadi tersebut mengungkapkan, tekad keponakannya untuk menjadi tentara tak diarahkan oleh keluarga tetapi murni keinginan sendiri.
Sang ayah, Eman Sumantara, bahkan sempat tidak mengizinkan Pratu Randi Suryadi untuk menjadi tentara hingga akhirnya Randi meminta Cucu untuk membantu membujuk sang ayah agar diberi restu.
Randi Suryadi sempat mendaftar untuk masuk Akademi Militer (Akmil) dan sampai tes Pantohir namun tidak lolos.
Tak berkecil hati, Randi Suryadi pun mengikuti tes Sekolah Calon Tamtama (Secata) dan lolos menjadi prajurit TNI.
"Bahkan dia tes ke mana-mana pun sendiri, tidak diantar-antar. Randi itu mandiri dan kalau sudah punya tekad pasti dikejar," ujar Cucu Suhendar.
Kini, keponakan kebanggaan Cucu Suhendar telah meninggal dunia dalam tugasnya sebagai seorang prajurit.
Meski sulit, Cucu mengaku masih merasa bangga karena Pratu Randi Suryadi terus mempertahankan tekadnya hingga akhir hayat.
Teriakan Ibunda

Pratu Randi tengah menjadi pahlawan menyelematkan nyawa anak-anak PAUD dan TK yang nyaris tenggelam.
Hal ini disebabkan tank yang ditumpanginya dan rombongan anak-anak itu, terperosok ke dalam sungai.
Nahas, aliran sungai itu membuat Pratu Randi meregang nyawa.
Pratu Randi diduga kelelahan saat menyelamatkan anak-anak yang nyawanya hampir tak tertolong itu.
Namun, nasib buruk justru menimpa dirinya. Tubuhnya terseret derasnya arus Sungai Bogowonto hingga meninggal.
Kabar duka ini membuat keluarga banjir air mata.
Sabtu (11/3/2018), rumah mendiang Pratu Randi dipenuhi karangan bunga.
Sejumlah kawan tentara, turut berkumpul mengantar kepergian jenazah Pratu Randi ke liang lahat.
Peti jenazah sang pahlawan pada insiden tank tenggelam itu, diboyong dalam upacara pemakaman jenazah yang sakral.
Air mata sang bunda pun tak terbendung. Perempuan berjilbab hitam ini menangis histeris.
Ia berteriak, menyebut nama sang anak, sambil berjalan mendekati makam putranya.
Suasana duka ini menyelimuti kesedihan pada prosesi pemakaman. (Tribun Jateng/Tribun Jabar)