Bayi Calista Meninggal Di Tangan Ibu Kandungnya, Dibanting Hingga Radang Otak

Perjuangan Calista, bayi 1,3 tahun yang disiksa ibunya harus berakhir.

Kolase TribunJakarta.com
() 

"Kami akan terus melakukan penyelidikan," kata Hendy. Dugaan radang otak Kapolres Karawang AKBP Hendy Febrianto Kurniawan mengungkapkan, infeksi pada mata Calista bukan luka biasa, melainkan akibat benturan di bagian kepala dan menimbulkan pendarahan di mata bayi tersebut.

"Berdasarkan keterangan saksi, tersangka membenturkan bayi tersebut ke tembok dan jatuh mengenai rak piring," imbuhnya.

Dirja Membantah Ikut Aniaya

Dirja (33) menampik tudingan turut menganiaya Calista, bayi berusia 15 bulan di Karawang.

Ia pun bercerita tentang pertemuan dengan Sinta (27), ibu kandung Calista.

Dirja mengaku baru sebulan lalu bertemu Sinta di Terminal Tanjungpura, Karawang, saat sedang melamun dan menggendong Calista.

Ketika itu, Sinta hanya membawa Calista dan keresek hitam besar berisi bajunya.

"Saya menanyakan dari mana mau ke mana, dan dia bilang pergi dari rumah mau ke neneknya. Sinta sempat menginap selama sehari semalam di rumah neneknya. Kemudian dia menelepon saya, minta diantar ke rumah orangtuanya," kata Dirja saat ditemui di rumahnya, Jumat (23/3/2018).

Sinta kemudian berubah pikiran. Dia tak mau menunjukkan alamat rumahnya.

Baca: Pagi Ini, Arus Lalu Lintas dari Srengseng Sawah Menuju Tanjung Barat Padat

"Saya takut ke rumah soalnya Calista suka dimasukin ke dalam tas dan dibekap oleh kakak saya," ujar Dirja menirukan ucapan Sinta.

Dirja kemudian membawa pulang Sinta ke rumahnya di Kampung Iplik, RT 002 RW 012, Kelurahan Mekarjati, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang.

Dirja juga tak memprediksi bahwa Sinta akan tinggal hingga sebulan di rumahnya.

Hanya saja, Sinta tidak mau pulang meskipun berulang kali dibujuk. Sinta juga tidak mau memberitahukan di mana alamat orangtuanya.

Akhirnya, Sinta tinggal bersama Dirja dan tiga anggota keluarga lainnya.

Meski demikian, Dirja menolak disebut pacar Sinta. Sebab, niat awal Dirja hanya menolong.

"Bukan pacar, saya niat ingin menolong," tutur Dirja.

Banyak luka di tubuh Calista

Saat tiba di rumahnya, Dirja mengaku tubuh Calista sudah ada beberapa luka, misalnya di kedua paha.

Ia mengaku keberatan jika disebut menganiaya Calista. Sebab, Dirja mengaku sayang kepada Calista.

"Tidak mungkin saya tega menyundut dengan rokok, apalagi melihat anak yang sedang sakit begitu," kata Dirja.

Bahkan, untuk berobat Calista, keluarganya terpaksa menjual satu domba dan emas tiga gram.

"Itu untuk bolak-balik ke rumah sakit. Saya juga yang bawa ke rumah sakitnya," ucapnya.

Orang yang melihat langsung penganiayaan itu adalah Sarwi (48), ibu Dirja.

Sarwi melihat langsung Sinta saat membenturkan Calista hingga kepala belakang anak itu mengenai tembok dan rak piring.

"Gara-gara bayi itu merengek minta es krim ibunya. Kemudian saya bilang, 'Kasihan kalau ingin es, biar saja beli lagi'," ujar Sarwi.

Sarwi pun mengaku berulang kali meminta Sinta untuk tidak kasar kepada Calista. Ia mengaku memergoki Sinta mencubit Calista.

"Jangan galak-galak sama anak kecil," kata Sarwi.

Sumber: Tribun Bogor
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved