Perampokan di Pondok Labu
6 Fakta Keseharian Pembunuh Pensiunan TNI AL: Berantem Soal Asmara, Bikin Gaduh dan Sering Mabuk
Terdapat dua lantai, delapan kontrakan di lantai dasar, dan sembilan kosan di lantai dua.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Sementara itu, penuturan Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Indra Jafar saat rilis kasus pembunuhan Purnawirawan TNI AL, Kamis (12/4/2018), Supriyanto dibawa ke Polsek Cilandak.
Tersangka yang sehari-hari sebagai tukang parkir liar itu, kemudian dibawa ke Polres Metro Jakarta Selatan, karena memiliki ciri-ciri serupa dengan pelaku pembunuhan Hunaedi, ditelisik dari tato motif tribal di kedua tangannya.
"Setelah dilakukan pemeriksaan, akhirnya yang bersangkutan mengaku walaupun awalnya masih sedikit mengelak, tapi dengan sampaikan beberapa petunjuk dan fakta yang ditemukan akhirnya yang bersangkutan berterus terang, ujarnya.
2. Kerap berjalan dipengaruhi alkohol

Supriyanto (20) kerap mendatangi salah satu kosan yang ditempati kekasihnya, Ida, di Jalan Haji Muslim, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
Tersangka kasus perampokan dan pembunuhan terhadap Purnawirawan TNI AL, Hunaedi (83), kerap datang ke kosan Ida.
Saban malam, ia datang dengan berjalan gontai.
Berdasarkan penuturan warga sekitar, Hengky (53), ia kerap melihat Supriyanto alias Kiray jalan dalam pengaruh alkohol.
"Saya suka lihat dia pulang malam dalam kondisi gontai, mungkin karena mabuk," ujar Hengky di kawasan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (13/4/2018).
Supriyanto berpakaian selayaknya anak muda biasa.
Ia mengenakan baju, celana jins, dan sepatu.
Hengky menerangkan, kerap melihat Supriyanto berjalan tak pernah lurus ke depan, seringnya terhuyung-huyung.
Hengky sempat menegur Supriyanto.
"Emang tanahnya tidak rata?," ucap Hengky menirukan saat dia menegur Supriyanto.
Hengky mengaku jarang berkomunikasi dengan Supriyanto.