Tersohor Kawasan Rawan Tawuran, Pemuda Johar Baru Sulit Dapatkan Pekerjaan dan Pacar
"Waktu kerja di Jakarta Barat sama Jakarta Utara itu sering dihina karena sering tawuran sama kumuh," keluhnya.
Penulis: Bima Putra | Editor: Kurniawati Hasjanah
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, JOHAR BARU - Kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat sejak lama tersohor karena menjadi kawasan rawan tawuran.
Bagi warga setempat, tawuran tidak hanya berdampak pada timbulnya korban atau rusaknya rumah warga.
Adanya stigma gemar tawuran dan pemalas melekat membuat warga merasakan dampaknya.
Yanti (34) seorang warga Kelurahan Tanah Tinggi merupakan satu diantara warga yang merasakan dampak buruk stigma tersebut.
Baca: Geram Lucinta Dikritik Netizen Saat Ibunda Meninggal, Jenny Jusuf Beri Kata Menohok Ini
"Dirugiin banget, anak-anak muda di sini banyak yang ditolak ngelamar kerja sama perusahaan. Jadi perusahaan nganggep mereka malas, doyan tawuran lah. Karena mereka orang luar, jadi menilainya begitu," kata Yanti kepada TribunJakarta.com.
Tak hanya saat cari kerja, ia menyatakan stigma itu membuat warga sulit mendapatkan akses transportasi kala malam hari.
Alasannya, para supir bajaj dan taksi takut saat mengantarkan warga terjadi tawuran dan mengakibatkan dirinya terluka.
Jika ada supir yang mau mengantarkan warga, para supir kerap manaikkan ongkosnya secara drastis.
"Kalau kita habis jalan-jalan terus mau pulang naik bajaj, supirnya nanya. Misal kita bilang mau ke Kota Paris pasti enggak mau. Saya sering ngalamin kaya begitu. Kalau pun mau pasti ongkosnya dimahalin," ungkapnya di Johar Baru, Jakarta Pusat. Sabtu (14/4/2018).
Senada dengan Yanti, Rama (24) mengungkapkan pemuda di Johar Baru sulit mendapatkan pekerjaan.
Baca: Tabrak Ojek Online Hingga Kaki Putus, Tiara Ayu Fauziah Ungkap Kepribadiannya yang Ramah
Menurutnya, perusahaan yang menolak memperkejakan warga Johar Baru tidak hanya perusahaan yang berada di Jakarta Pusat.
"Selalu dipermasalahin sama perusahaan karena faktor lingkungan, dijelek-jelekin. Susah banget kalau buat diterima ke PT gitu," kata Rama.
Tak hanya dari pihak perusahaan, rekan di satu tempat kerjanya yang dahulu kerap melontarkan sindiran terhadap lingkungan tempat Rama bermukim.
"Waktu kerja di Jakarta Barat sama Jakarta Utara itu sering dihina karena sering tawuran sama kumuh," keluhnya.
Kala itu Rama masih menjadi office boy di perusahaan swasta, kini Rama sudah bekerja sebagai pengemudi ojek online dengan motor yang dibeli dari hasil kerjanya sendiri.
Pria yang menamatkan SMP di tahu 2010 mengatakan, pemuda di Johar Baru yang tidak dapat mengenyam bangku sekolah hingga SMA.
Hal ini kian mempersulit pemuda Johar Baru mendapatkan pekerjaan.
Menyoal masalah angkutan transportasi yang tidak mau mengantarkan warga pulang ke rumahnya.
Rama mengatakan hal tersebut banyak dialami warga hingga tahun 2014.
Baca: Promosi Lagu Sang Penggoda, Maia Estianty: Karma Itu Nyata, Sindir Pelakor?
"Waktu tahun 2002 taksi pun tak mau masuk sini (Kelurahan Tanah Tinggi). Kalau sudah jam 10 malam itu bajaj atau taksi enggak mau masuk sini," paparnya.
Namun, kini supir bajaj dan taksi sudah mau masuk ke wilayah itu.
Selain sulit mendapatkan pekerjaan, Rama mengungkapkan bila pemuda Johar Baru sulit mendapatkan pacar.
"Susah dapat pacar, dulu saya ditolak sama perempuan, dia orang Cempaka Putih. Dibilang gembel, jelek aja dipandangnya," tukasnya.