Cak Imin Tertinggi Dampingi Jokowi, Median Sebut Peluang Prabowo Turun
"Pemilih Pak Prabowo beralih ke Gatot. Mereka melihat Pak Prabowo agak tempramental akhir akhir ini, sehingga dilihat dan beralih ke figur Gatot,"
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA -- Nama Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, menjadi sosok calon wakil presiden (cawapres) paling ideal atau cocok jika dipasangkan dengan Joko Widodo.
Direktur Riset Median Sudarto mengatakan nama Cak Imim tertinggi sebagai cawapres Jokowi jika dibandingkan Gatot Nurmantyo maupun Anies Baswedan.
"Sebanyak 100 persen orang yang mengaku pilih Muhaimin ketika ditanya seandainya Cak Imin jadi wakilnya Jokowi mau pilih atau nggak, 100 persen mau milih. Itu pertama tokoh yang cocok jadi wakil Jokowi," kata Sudarto kata Sudarto di kawasan Cikini, Jakarta, Senin (16/4/2018).
Baca: Gunakan Kaus Bertuliskan Ganti Presiden Saat Persidangan, Ahmad Dhani : Istri Saya Nangis-nangis
Menurut survei Median, jika Jokowi dipasangkan derngan Gatot Nurmantyo (mantan Panglima TNI) tingkat keterpilihannya hanya 28,6 persen.
Sedangkan, jika dipasangkan dengan Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta), Jokowi hanya mendapatkan suara sebesar 21,7 persen.
Diungkapkan, jika dipasangkan dengan Prabowo, hanya ada 16,7 persen responden yang akan memilih.
"Tidak semua tokoh bisa dipasangkan dengan Jokowi," jelasnya.
Menurut Sudarto, Cak Imin memiliki usaha keras untuk memperkenalkan diri di berbagai daerah melalui baliho baliho.
"Cak Imin membangun image siap. Kemudian Cak Imin juga koalisinya Jokowi sehingga 100 persen mendukung Cak Imin kalau dipasangkan dengan Jokowi. Selain itu usaha keras menebar baliho baliho," jelasnya.
Survei dilakukan terhadap 1.200 responden dan margin of error sekira 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Rentang waktu survei 24 Maret - 6 April 2018.
Baca: Kisah Purnomo Pembuat Kaus #2019gantipresiden Presiden Nggak Cukup Soal Sosok Tapi Program
Sample dipilih secara random menggunakan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender.
Mengenai kandidat presiden, nama Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo makin melambung.
Pada survei Median pada Februari lalu, elektabilitas Gatot Nurmantyo berada di angka 5,5 persen, namun pada survei terbaru naik jadi 7 persen.
Sudarto mengatakan, Gatot Nurmantyo mengambil keuntungan dari turunnya elektabilitas Prabowo.
"Pemilih Pak Prabowo beralih ke Gatot. Mereka melihat Pak Prabowo agak tempramental akhir akhir ini, sehingga dilihat dan beralih ke figur Gatot," kata Sudarto.
Menurutnya, faktor lainnya adalah melihat latar belakang sosok militer yang masih jadi dambaan pemilih Indonesia.
"Jika sebelumnya ada pada Prabowo (latar belakang militer), kali ini berpindah ke Gatot," ujarnya.
Nama tokoh lain yang juga kian berkembang elektabilitasnya yaitu Muhaimin Iskandar (dari 0,29 persen menjadi 1,9 persen), Tuan Guru Bajang Zainul Majdi (dari 0,8 persen menjadi 1,5 persen), dan Anis Matta (dari 1,5 persen menjadi 1,7 persen).
Baca: Mbah Mijan Sebut Penyanyi Wanita Inisial A Target Operasi Narkoba Selanjutnya Semoga Bukan Att
Warning bagi Jokowi
Dalam survei itu juga didapatkan fenomena 46,7 persen responden memilih Presiden Jokowi diganti pada 2019 mendatang.
Pertanyaan yang diajukan yaitu apakah pada 2019 nanti sebaiknya Joko Widodo lanjut memimpin lagi menjadi Presiden Republik Indonesia atau sebaiknya digantikan oleh tokoh lain saja?
Menurut Sudarto, yang menjawab ingin Jokowi lanjut ke periode kedua 45,22 persen tapi ada 46,37 persen ingin diganti oleh tokoh lain.
"Menurut kami ini adalah warning agak kuning kemerah merahan bagi Jokowi," kata Sudarto.
Penyebabnya, ujar Sudarto, kebijakan ekonomi pemerintahan Jokowi belum mampu mengatasi permasalahan masyarakat.
"Mulai sembako mahal, pekerjaan susah, ekonomi sulit, listrik naik, itu masih jadi fakror utama masyarakat ingin mengganti Pak Jokowi dengan pemimpin lain. Walaupun di sisi lain masyarakat puas pada pembangunan infrastruktur," jelasnya.
Baca: Lahirkan Anak Ketiga Begini Potret Bahagia Ririn Dwi Aryanti Hingga Aldi Bragi Buat Kalimat Puitis
Meski demikian, hasil survei tersebut masih bisa berubah jika menjelang pemilihan nanti Pemerintahan Jokowi dapat mengubah perekonomian menjadi prorakyat.
"Ini bisa membaik atau tidak tergantung kebijakan Pak Jokowi. Jika tidak prorakyat, tidak yakin elektabilitasnya bisa meningkat," ujarnya.
Namun uniknya elektabilitas Jokowi mengalami kenaikan.
Dari pertanyaan semi terbuka yang diajukan pada responden menghasilkan 10 besar calon presiden, menempatkan Jokowi dan Prabowo di posisi pertama dan kedua.
"Jokowi masih berada di posisi pertama, besarannya 36,2 persen dipilih, kemudian Prabowo sebesar 20,4 persen," ujar Sudarto.
Dari hasil survei Median pada April 2018, presentase Jokowi naik dari survei Median sebelumnya pada Februari lalu yaitu 35,0 persen. (tribunnetwork/rin)
Baca: Tulis Pesan Untuk Marshanda, Ben Kasyafani Semua Hal Baik Dari Sienna Karna Sosok Kamu Ca
Gatot Ranking Ketiga versi Median
1. Joko Widodo: 36,2 persen
2. Prabowo Subianto: 20,4 persen
3. Gatot Nurmantyo: 7,0 persen
4. Jusuf Kalla: 4,3 persen
5. Anies Baswedan: 2,0 persen
6. Muhamin Iskandar: 1,9 persen
7. Agung Harimurti Yudhoyono: 1,8 persen
8. Anis Matta: 1,7 persen
9. Hary Tanoesudibjo: 1,6 persen
10. TGB Zainul Majdi: 1,5 persen
Baca: Akui Dirinya Netizen yang Bijak, Yulia Mochamad Balas Komentar Menohok Netizen