Kisah Hidup Tukang Bangunan Panggilan, Kerap Pulang Tanpa Membawa Uang
Mereka berdua adalah Wasit (35), dan Wahid (38), yang sudah sejak tahun 1995 berprofesi sebagai tukang bangunan panggilan.
Penulis: Dwi Putra Kesuma | Editor: Ilusi Insiroh
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma
TRIBUNJAKARTA.COM, CILANDAK - Dua orang pria yang berprofesi sebagai tukang bangunan panggilan, terlihat duduk di pinggir Jalan Raya RS Fatmawati, tepatnya di depan Kampus UPN Veteran Jakarta.
Sudah sejak pukul 07.00 WIB, mereka berdua ada di lokasi tersebut, menunggu orang yang membutuhkan jasanya.
Mereka berdua adalah Wasit (35), dan Wahid (38), yang sudah sejak tahun 1995 berprofesi sebagai tukang bangunan panggilan.
Baca: Bimanesh Mengaku: Novanto Dirawat Bukan Karena Kecelakaan dan Kejanggalan Saat Dibawa ke Ruang VIP
Hal inilah yang diucapkan oleh mereka berdua, ketika ditemui wartawan TribunJakarta.com di tempatnya menunggu pelanggan.
"Kami berdua ini perantau mas di Jakarta menjadi tukang bangunan panggilan, asal kami dari Brebes, Jawa Tengah," ucap Wasit di depan Kampus UPN Veteran Jakarta, Pangkalan Jati, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (20/4/2018).
Wasit dan Wahid menuturkan, tidak setiap hari mereka mendapatkan pelanggan, yang membutuhkan jasanya untuk membangun atau pun menggali.
Oleh karena itu, kerap kali mereka pulang ke kontrakannya, tanpa membawa sepeser pun uang.
Jika ada orang yang membutuhkan jasa mereka berdua untuk membangun atau pun menggali, mereka bisa mendapatkan uang sebesar Rp 300 ribu setiap harinya.
Namun, Wasit menuturkan mungkin hanya sekiranya dua kali dalam sebulan, ada orang yang membutuhkan jasa mereka.
Wasit menuturkan, dirinya tinggal bersama Wahid disebuah kontrakan, dengan puluhan orang yang berprofesi sama.
Baca: Mulai Tahun 2016 Ada Belasan Kasus yang Menimpa Pengguna Transportasi Online
Sementara istri dan tiga anaknya yang berada di kampung selalu menunggu kiriman uang darinya.
"Suka bingung mas kalau gabisa ngirim uang, apalagi sekarang mau lebaran, anak pasti minta beliin baju baru," tambah Wasit.
Terakhir ia menuturkan, dirinya bersama Wahid kerap kali mendapatkan makanan dari masyarakat sekitar, atau pun pengendara motor dan mobil yang melintas.
"Alhamdulillah masih ada yang iba dengan kami, masih bisa makan buat isi tenaga," tutup Wasit.