10 Tahun Jadi Penjahit Keliling di Depok, Agus Paling Pantang Pegang Pakaian Dalam Wanita

"Saya malu kalau ada orang jahit pakaian dalam wanita. Paling riskan ngerjainnya, makanya kalau sekarang sudah saya tolak," kata Agus.

Penulis: Muslimin Trisyuliono | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/MUSLIMIN TRISYULIONO
Agus Gunawan (35) penjahit keliling di sekitar Jalan Margonda Raya, Depok, Minggu (22/4/2018). 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Muslimin Trisyuliono

TRIBUNJAKARTA.COM, DEPOK -- Agus Gunawan (35) mengayuh sepeda gerobak yang sudah 10 tahun menjadi penjahit keliling.

Terlihat ia sedang istirahat dipinggir jalan ditengah teriknya matahari akhir pekan kota Depok.

Agus pria asli Pekalongan ini mengadu nasib di kota Depok dengan bekal pengalaman bekerja sebuah pabrik konveksi di kampung halamannya.

Baca: Penjahit langganan Roro Fitria: Dia Baik Banget, Selalu Menyapa

Baca: Hanya Karena Salah Paham, Pengemudi Ojek Online Dikeroyok Tukang parkir di Depok

Menurutnya bekerja menjadi penjahit keliling tidak terikat oleh waktu kerja yang membuatnya betah, langganannya pun sudah cukup banyak yang menggunakan jasanya.

Dengan bermodalkan pengalaman dan keterampilan menjahit yang dimilikinya setiap hari menjajakan jasanya dari gang kegang.

"Sudah 10 tahun keliling di Jalan Margonda Raya, kalau didaerah sini yang pakai jasa tukang jahit keliling cukup banyak," ujar Agus sambil beristirahat.

Ia mengaku awal mula menjadi penjahit keliling gerobak sepeda yang ia gunakan hasil karyanya sendiri.

Dengan berbekal Rp 2 juta rupiah, mesin jahit manual dan sepeda ia merangkai hingga menjadi gerobak yang sekarang ia pakai ini.

Berbagai pengalaman unik dan sedih sudah mengelotok baginya.

Dari harga tawar menawar yang tidak sesuai sampai mengganti barang hasil jahitan karena tidak sesuai.

Baca: Dampingi Kampanye, Sandiaga Dicurhati Pedagang Pasar Proyek Bekasi

Baca: Ingin Liburan Berbeda, Coba Berwisata ke Glamping Citarik Yuk

Untuk harga jasa sendiri Agus mematok dari Rp 10 ribu sampai ratusan ribu Rupiah, tergantung tingkat kesulitannya.

"Saya malu kalau ada orang jahit pakaian dalam wanita. Paling riskan ngerjainnya, makanya kalau sekarang sudah saya tolak meski borongan kurang enak saja," katanya.

Ia mengaku penghasilannya yang paling banyak saat menjelang lebaran bulan Ramadhan.

Ia berharap bulan Ramadhan ditahun ini bisa mendapatkan penghasilan yang cukup untuk dibawa pulang kekampungnya.

"Paling ramai menjelang lebaran dalam sehari bisa mencapai Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu dalam sehari, kalau hari bisa Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu megang lah," katanya.

Dirinya mengatakan akan menjadi penjahit keliling selama masih ada orang yang menggunakan jasanya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved