Surabaya Diteror Bom
Pelaku Bom di 3 Gereja Surabaya, Pengusaha Minyak dan Tinggal di Rumah Seharga Rp 1,5 Miliar
Malam sebelumnya, rumah ini dipadati oleh anggota kepolisian dan berbagai pihak lain setelah identifikasi pelaku teror diketahui.
Menurut dia, Dita dan dua anak laki-lakinya hampir ke musala setiap saban salat.
Tapi mereka jarang mengobrol banyak. Kecuali hanya saling melempar senyum.
Tak ada yang mencolok dari penampilan Dita dan sang istri, Puji Kuswati.
Dita tak pernah menunjukkan penampilan yang terlalu berlebihan.
"Dia tidak pernah pakai kopyah. Tidak pernah pakai sarung. Ya seperti saya biasa ini," imbuhnya.
Puji Kuswati juga tak pernah tampil bercadar, seperti ketika ia dan ketiga anaknya mengebom Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, Surabaya.
Saat arisan perkumpulan RT saban bulan, Puji selalu tampil biasa.
"Saya cuma pernah lihat dia sekali pakai cadar. Waktu itu mau Idul Qurban. Saya ke rumahnya untuk tanya apakah Pak Dita mau berqurban. Di sana istrinya kelihatan pakai cadar. Mereka rutin berqurban saban tahun dulu," ujar pria yang sudah 20 tahun menjabat ketua RT itu.
Sayangnya, tak banyak data detail yang bisa diulik tentang Dita dari dia.
Dita tak pernah memberikan salinan kartu keluarga kepada pengurus RT.
Para tetangga pun tak ada yang tahu bahwa Dita adalah Ketua Jamaa Anshurat Daulah (JAD) Surabaya.
Yang mereka tahu, beberapa kali tampak orang berkumpul di rumah Dita. Mereka mengendarai mobil dan motor.
Khorihan juga sanksi apabila Dita dan keluarga disebut pernah pergi ke Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
Sebab, ia hampir tak pernah meninggalkan jamaah salat di musala saban hari.
"Pernah sekali dua minggu tidak jamaah. Saya dan bapak-bapak lain datang ke rumahnya. Ternyata lagi sakit," kata dia.
Dita juga tak pernah meminta pengurusan berkas ke RT untuk pergi ke luar negeri. (Aflahul Abidin)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Pelaku Bom Tiga Gereja Surabaya Punya Usaha Minyak dan Hidup di Rumah Elite Seharga Rp 1,5 M,