Jadi Pelaku Aksi Bom Bali Hingga Tobat, Umar Patek Bongkar Alasannya 'Keluarga Mengubah Jalan Hidup'

Menurutnya, keluarga merupakan faktor yang mendukung dirinya di saat dalam keputusasaan dan terkucilkan.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Kurniawati Hasjanah
YouTube
Umar Patek 

“Selama ini mas Suud yang melatih. Persiapanya cuma seminggu sebelum upacara perayaan kemerdekaan ini,” ujarmya.

Pria yang pernah memperoleh pendidikan dari Akademi Militer Mujahidin Afghanistan ini berharap kepada kita semua sebagai warga negara Indonesia untuk dapat terus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merawat kebhinekaannya juga.

“Karena ini makna atau isensi dari kemerdekaan yaitu sebuah anugerah yang Allah berikan kepada kita. Maka sebagai bentuk rasa syukur kita diberikan kemerdekaan, maka kita harus menjaga dan merawat negeri ini dengan sebaik-baiknya dengan segala macam kebhinekaannya,” ujar pria yang menjadi asisten koordinator lapangan pada peristiwa peledakan Bom Bali tahun 2002 ini.

Diketahui sebelumnya, Umar Patek ikut membantu Mukhlas Cs meracik dan merakit Bom Bali 2002, di sebuah kontrakan di Jalan Menjangan, Bali.

Melansir Tribunnews.com, Ia mengaku datang ke Bali atas perintah Mukhlas, ingin melakukan pembalasan untuk umat muslim di Palestina.

Saat itu, dirinya tak sepaham adanya aksi tersebut namun ia harus mengikuti kata senior, Dulmatin.

"Saya hanya ikut Dulmatin," ujarnya dalam persidangan, Senin (7/5/2012).

Umar Patek selalu merasa berat bila harus menolak permintaan Dulmatin.

thoriqnasfa
instagram.com/thoriqnasfa

Menurutnya, Dulmatin kerap kali membantunya dalam urusan risiko dapur.

Hingga dirinya memutuskan berangkat dan tiba di Bali, 2 Oktober 2012.

Di Bali ia mendapatkan tugas untuk meramu bahan peledak.

Baca: Jadi Polisi Hingga Pelaku Teror, Sofyan Tsauri Ungkap Blak-Blakan Saya Korban Doktrin

"Saat itu saya tidak bisa pulang, karena saya tidak punya uang, sehingga tidak mungkin saya pulang, walaupun dengan berat hati, saya terpaksa membantu mereka. Tapi, alhamdulillah Sawad sudah menyelesaikannya saat itu," tuturnya.

Usai menyelesaikan tugasnya, Ia kembali pulang lebih awal ke Solo menggunakan bis.

Ia mengetahui adanya aksi bom itu dari televisi.

"Saya sedih dan menyesali kejadian itu karena saya sempat menentang," tukasnya. (TribunJakarta.com/Kurniawati Hasjanah)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved