12 Tahun Berjualan, Rambe Ingin Lemang Racikannya Diterima di Lidah Masyarakat
Baginya, ada kebanggaan dan rasa senang saat Lemang racikannya diterima di lidah masyarakat Indonesia.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, CIMANGGIS - Lemang merupakan satu makanan yang akrab di lidah orang Melayu karena kerap disajikan saat sedang bercengkrama bersama keluarga ataupun teman.
Dalam penyajiannya yang dimasak menggunakan bambu, cemilan berbahan dasar beras ketan, santan, dan garam ini memiliki rasa yang menggoda dan cocok dipadu dengan beragam rasa makanan.
Baca: Kapolres Tangsel Pastikan Tak Ada Balas Dendam Insiden Tangan Putus Saat Tawuran di Ciputat
Menurut Hasmin Rambe (54) selaku pemilik Warung Lemang Muslim di Jalan Ir. H. Juanda Cimanggis, Depok, Lemang acapkali ditemui di wilayah Indonesia yang budaya Melayunya kental.
"Ini asalnya makanan Melayu, di Aceh ada, Medan ada, Padang ada. Di Kalimantan, Sulawesi, sama Sumatera juga ada. Jadi enggak cuman satu tempat," kata Rambe saat ditemui di warungnya, Cimanggis, Depok, Senin (28/5/2018).

Meski berasal dari tanah Medan, Rambe berusaha meracik Lemang yang tidak hanya dapat dinikmati orang dari tanah kelahirannya.
Baginya, ada kebanggaan dan rasa senang saat Lemang racikannya diterima di lidah masyarakat Indonesia.
Baca: Tak Bisa Lebaran Bersama Sang Adik, Begini Ungkapan Perasaan Kakak Dhawiya
"Saya maunya enggak cuman orang Medan saja yang suka Lemang bikinan saya. Jadi ini bukan masalah tempat asal, saya mau masyarakat yang belum pernah makan Lemang, ketika datang ke warung saya suka sama rasa Lemangnya," harapnya.
Dari pengalamannya menjajakan Lemang selama hampir 12 tahun ia terus berusaha untuk mendapat komposisi yang pas agar Lemang olahannya diterima masyarakat.
Dalam usahanya, ia sudah merasakan banyak kegagalan dalam bentuk kritik dari pelanggannya.
"Banyak gagalnya, dulu saya jualan Lemang keliling pakai sepeda motor dari sekitar perbatasan Jakarta Timur dengan Depok sampai ke Cibinong Bogor. Butuh waktu tiga tahun sampai akhirnya saya bisa buat bumbu rahasia dan bisa masak Lemang yang benar," tutur Rambe.
Tidak hanya soal bumbu rahasia, ayah empat anak ini telah mencoba beragam makanan sebagai pendamping makan Lemang.
Pasalnya, pendamping yang digunakan untuk makan Lemang di beberapa wilayah berbeda-beda.
"Saya sudah pernah mencoba pakai rendang, duren, dan lainnya buat teman makan Lemang. Tapi yang beli kalangan tertentu saja, akhirnya saya pakai tape ketan hitam. Alhamdulillah banyak yang suka. Itu saya dapat pas awal dagang Lemang," ujar Rambe.
Saat pertama berdagang, ia hanya menjajakan lima Lemang secara berkeliling dengan target dagangannya harus laris dalam satu hari.
Tidak jarang Rambe harus berkeliling hingga pukul 02.00 WIB untuk dapat menghabiskan lima dagangannya waktu itu.
"Sekarang saya sudah 10 tahun dagang di jalan Juanda, Alhamdulilah sekarang ada tempat. Biasanya saya dagang dari jam sembilan pagi, habisnya jam lima sore. Sehari saya masak 15 Lemang," lanjutnya.
Pembeli yang datang ke warungnya dapat memilih menikmati Lemang langsung di warungnya saat masih panas atau dibungkus untuk dibawa ke rumah.
Setiap satu Lemang dihitung per satu batang bambu sepanjang 60 sentimeter dengan tiga ukuran diameter yang berbeda.
Ukuran kecil dengan diameter empat sentimeter yang dijual Rp 25 ribu, ukuran sedang berdiameter enam sentimeter yang dijual seharga Rp 35 ribu, dan ukuran besar berdiameter delapan sentimeter dijual seharga Rp 60 ribu.
"Yang paling laris ukuran sedang, satu Lemang ukuran sedang bisa dimakan empat sampai lima orang, itu sudah kenyang," kata Rambe.