Bagaimana Bisa Bahwa Sosial Media Justru Merusak Pikiran?

Orang yang aktif membagikan pengalamannya ke media sosial ternyata membentuk kenangan yang kurang tepat terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.

Editor: Ananda Bayu Sidarta
Grafis Tribun Jakarta / SHUTTERSTOCK
Eksistensi begitu penting bagi kaum urban. Media sosial bisa menjadi wadahnya. 

Ini adalah tindakan eksternalisasi pengalaman mereka, yaitu mereproduksi dalam bentuk apapun pengalaman asli.

Temuan ini sebenarnya berakah pada penelitian sebelumnya tentang memori transaktif.

Penelitian tersebut terkait keputusan tentang hal yang diingat menjadi informasi internal (tanpa dibagikan) dan penyimpanan eksternal yang disimpan dalam bentuk lain, dalam hal ini sosial media.

Sebelum era internet, informasi didistribusikan secara intuitif antara pikiran seseorang dan penyimpanan eksternal dalam bentuk catatan dan buku.

Membagi informasi dengan cara ini dianggap memaksimalkan pengetahuan yang tersedia dari kelompok sosial sementara memungkinkan para ahli untuk membentuk pemahaman yang lebih dalam bidang mereka.

Informasi eksternal ini dalam era internet dengan mudah diakses kembali dalam hitungan detik. Kemudahan tersebut, menurut para peneliti, menimbulkan yang disebut dengan "efek Google".

Efek ini membuat kita merasa punya kebutuhan menyimpan informasi yang lebih sedikit karena bisa diakses di tempat lain.

Keberadaan informasi eksternal inilah yang membuat kita mengabaikan informasi itu sendiri, tapi justru mengingat di mana menemukannya.

Dengan kata lain, meski pengalaman bisa dibagikan, kenangan atau ingatan kita terhadap peristiwa tertentu justru berkurang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Media Sosial "Merusak" Ingatan, Kok Bisa?"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved