Sebut Masyarakat Kerap Salah Pilih Pemimpin, Gus Mus Beberkan Fakta Sebenarnya
"Pemimpin itu macam-macam. Ada pemimpin politik, pemimpin negara, pemimpin agama, dan lain-lain," ungkapnya.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Kurniawati Hasjanah
TRIBUNJAKARTA.COM - Sosok Kiai Haji Mustofa Bisri atau kerap disapa Gus Mus menyatakan kalau masyarakat terkadang kerap salah memilih seorang pemimpin.
Hal itu ia nyatakan dalam acara Mata Najwa yang diposting YouTube Channel pada Rabu (13/6/2018).
Memasuki tahun politik, masyarakat dihadapkan dengan pilihan calon pemimpin.
Semua politisi ramai-ramai menyanjung calonnya dan mencela lawannya.
Lalu bagaimana publik memilah dan menilai supaya tak salah pilih?
Menurut Gus Mus, kriteria pemimpin yang dipilih itu harus disesuaikan dengan tipe dan tugasnya.
"Pemimpin itu macam-macam. Ada pemimpin politik, pemimpin negara, pemimpin agama, dan lain-lain," ungkapnya.
"Itu kelihatan dari wajah dan perilakunya," sambungnya.
Baca: Disebut Berubah Sikap, Pengkritik Hingga Pendukung Jokowi, Ali Mochtar Ngabalin Akui Sempat Salah
"Kalau pemimpin agama maka ia harus tahu dan mengamalkan ilmu agamanya, bukan hanya tahu. Ilmu itu hanya informasi," tegasnya.
Menurutnya, untuk pemimpin negara maka harus mengetahui keperluan negara itu apa aja.
Sementara itu, apabila menjadi pemimpin rakyat atau wakil rakyat maka harus tahu rakyat.

"Kalau wakil rakyat, dia harus tahu rakyat. Gak pernah ketemu kok mewakili rakyat," tungkasnya.
Ia juga mengakui kalau biasanya masyarakat melihat perilakunya terlebih dahulu dibandingkan wajahnya.
Meski demikian, Ia mengaku kadang-kadang melakukan hal sebaliknya.
Baca: Ngaku Tak Pernah Kritik Jokowi Hingga Ikut Aksi 212, Ali Mochtar Ngabalin Tantang Hal Ini
"Bisa tertebak?," tanya Najwa selaku host Mata Najwa.
"Ya, tapi saya tak akan menebaknya," papar Gus Mus.
Dalam kesempatan itu juga, Gus Mus mengatakan kalau rakyat kerap salah pilih pemimpin.
Hal tersebut dikarenakan rakyat memiliki sifat yang lugu.
"Karena kita itu lugu-lugu," katanya.
"Lugu jadi mudah diperdaya?," tanya Najwa.
"Iya, diperdaya siapa aja termasuk pemimpin-pemimpin. Belajar akting di IKJ sebentar aja bisa jadi kiai, ustad, politisi dan macem-macem. Yang penting itu akhlaknya," imbuhnya.
Baca: Jelang Lebaran, Siapa Sangka Ayu Dewi Bongkar Alami Kesedihan yang Mendalam, Begini Kisahnya
Bahkan, dirinya mengatakan masyarakat kerap salah pilih karena tak melihat perilakunya.
"Bahkan tak melihat apa-apa, melihat amplopnya. Ini yang kacau," katanya.

Untuk itu, Gus Mus menghimbau agar masyarakat mengubah sikapnya.
"Rakyat yang punya daulat harus mengubah sikap. Kita jengkel terus melihat wakil itu ya salah kita," bebernya.
Videonya:
Gus Mus: Kalau Nggak Mau Dikritik Rakyat Jangan Jadi Wakil Rakyat
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maimoen bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Jalan KH Bisri Mustofa nomor 1-4, Kelurahan Leteh, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jumat (16/2/2018).
Ganjar dan Gus Yasin diterima hangat oleh pengasuh pondok, KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus.
"Jadi pemerintah nanti jangan antikritik. Perbaiki layanan administrasi juga," ucap pria kelahiran Rembang, 10 Agustus 1944 itu.
Gus Mus sempat menyinggung persoalan UU MD3 yang akhir-akhir ini ramai diberitakan.
Menurut dia, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sejatinya wakil rakyat. "Bila tak mau dikritik, jangan jadi wakil rakyat. Jadi rakyat saja," tegasnya.
Ganjar dan Yasin pun tertawa sambil mengangguk, mendengar kata-kata Gus Mus.
Pasangan Ganjar-Yasin tak bisa berlama-lama mengobrol, lantaran Gus Mus hendak pergi ke Surabaya. Mereka pun berpamitan.
"Ya seperti itulah Gus Mus kalau memberi wejangan. Simpel tur makjleb," kata Ganjar didampingi Taj Yasin.
Tonton Juga:
Ganjar berujar kedatangannya bersama Yasin sekedar silaturahmi. Mereka tak membahas soal pilgub 2018.
"Cuma mampir sekaligus pengajian bareng," kata politisi PDIP itu.