Pedagang Kue di Klender Pusing, Harga Telur Membuatnya Rugi

Menurutnya, naiknya harga telur, berimbas kepada usahanya, karena harus mengatur uang pengeluaran dan pemasukannya dengan lebih teliti, agar tak rugi.

Penulis: Nawir Arsyad Akbar | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/NAWIR ARSYAD AKBAR
Harga telur meningkat di Pasar Klender, Jakarta Timur, Jumat (20/7/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nawir Arsyad Akbar

TRIBUNJAKARTA.COM, DURENSAWIT - Dalam seminggu terakhir ini, masyarakat dipusingkan dengan naiknya harga beberapa komoditi pangan, satu diantaranya adalah telur.

Satu diantara yang dipusingkan dengan naiknya harga telur adalah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang menggunakan telur sebagai bahan utama.

"Bingung ini semua naik, saya mau buat kue banyak, tapi harga telurnya mahal. Kalau saya naikkin harga kuenya, takut banyak yang protes pelanggan. Serba bingung jadinya," ujar Hermi, seorang pedagang kue tradisional di kawasan Klender, Jakarta Timur, Jumat (20/7/2018).

Sejumlah pelaku UMKM, yang menggunakan telur sebagai satu diantara bahan utama, juga mengaku kebingungan dengan naiknya komoditi pangan tersebut.

Menurutnya, naiknya harga telur, berimbas kepada usahanya, karena harus mengatur uang pengeluaran dan pemasukannya dengan lebih teliti, agar tidak rugi.

"Kalau udah seperti ini (harga telur naik), harus pintar-pintar atur keuangannya. Kita juga tidak mau produksi banyak, tapi nantinya rugi, kan siapa yang mau," ujar Alta, seorang pedagang kue tradisional.

Pantauan TribunJakarta.com di Pasar Klender, Jakarta Timur, harga telur ayam saat ini berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogramnya.

Sejumlah pedagang telur menduga, tingginya harga telur saat ini disebabkan oleh pasokannya yang berkurang dalam dua minggu terakhir ini.

Selain itu, menurut mereka tingginya harga telur saat ini karena pasokan telur sudah didistribusikan saat Ramadan dan Lebaran, guna menekan harga komoditi pangan pada dua waktu tersebut

"Pasokannya kurang sepertinya, terus sempat dengar memang ada masalah di ayam-ayam petelurnya. Belum lagi harga pakan ayam juga naik, jadi naiknya (harga) telur saling nyambung gitu," ujar Karim, seorang pedagang sembako di Pasar Klender.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita membeberkan penyebab mahalnya harga telur di pasaran.

Ia menyatakan, satu diantara penyebab kenaikan harga telur dan ayam adalah masa libur panjang Lebaran 2018.

"Dari sisi suplai ke pasar sampai ke konsumen terjadi pengurangan yang juga diakibatkan karena masa libur panjang. Ternyata para pekerja di peternakan mau cuti panjang," ujar Enggartiasto.

Selain itu, faktor cuaca ekstrem juga menyebabkan kenaikan harga telur dan daging ayam. Sebab, akibat cuaca ekstrem tingkat produktivitas para peternak ayam menurun.

"Kami sepakat mengurangi kadar obat-obatan supaya lebih sehat, tapi lebih berisiko, risikonya tingkat kematian dan produktivitas. Ada cuaca ekstrem bisa kita saksikan di Dieng ada salju," ujar Enggartiasto.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved