Peretas Curi Data 1,5 Juta Pasien Singapura, Termasuk PM Lee dan Para Menterinya
Serangan siber terburuk melanda Singapura setelah peretas mencuri data pribadi 1,5 juta pasien dalam database SingHealth.
Laporan Wartawan Tribun Batam, Alfian Zainal
TRIBUNJAKARTA.COM, SINGAPURA - Serangan siber terburuk melanda Singapura setelah peretas mencuri data pribadi 1,5 juta pasien dalam database SingHealth.
The Straits Times melaporkan pada Jumat (20/7/2018), dari data 1,5 juta pasien yang diretas, peretas mencuri 160 ribu pasien rawat jalan, termasuk Perdana Menteri Lee Hsien Loong dan beberapa menteri.
Peretas menginfiltrasi komputer SingHealth, lembaga perawatan kesehatan terbesar di Singapura yang membawahi empat rumah sakit, lima pusat spesialis nasional, dan delapan poliklinik.
Dua poliklinik lain yang sebelumnya berada di bawah SingHealth.
Pada jumpa pers sejumlah kementerian, Jumat (20/7/2018), pihak berwenang mengatakan bahwa informasi spesifik PM Lee berulang kali menjadi target peretas.
Sebanyak 1,5 juta pasien yang dicuri tercatat mengunjungi klinik rawat jalan dan poliklinik spesialis SingHealth dari 1 Mei 2015 - hingga 4 Juli 2018.
Data pribadi non-medis mereka diakses secara ilegal dan disalin, termasuk nama, nomor IC, alamat, jenis kelamin, ras dan tanggal lahir.
Peretas hanya mencuri data-data pasien tersebut dan tidak melakukan perusakan terhadap data pasien, seperti diagnosis, hasil tes dan catatan dokter lainnya.
Menteri Kesehatan Gan Kim Yong dan Menteri Komunikasi dan Informasi S. Iswaran menggambarkan kebocoran data pribadi tersebut paling serius dan belum pernah terjadi sebelumnya di Singapura.
Mr Gan meminta maaf kepada pasien yang terkena dampak. "Kami sangat menyesal ini telah terjadi," katanya.
David Koh, Chief Executive Cyber Security Agency of Singapore mengatakan bahwa "ini adalah serangan siber yang disengaja, ditargetkan dan terencana dengan baik".
"Itu bukan pekerjaan hacker biasa atau geng kriminal," tambahnya.
Akibat serangan itu, semua rencana Smart Nation Singapura, termasuk kontribusi wajib untuk proyek Rekam Kesehatan Elektronik Nasional (NEHR) dihentikan sementara.
NEHR dirancang untuk memudahkan seluruh rumah sakit untuk mengakses rekam medis terhadap pasien dimanapun mereka dirawat.
Iswaran yang juga Menteri-Keamanan Cyber membentuk Komite Penyelidikan (COI) yang dipimpin oleh mantan hakim distrik Richard Magnus.
Hingga saat ini belum diketahui motif pencurian data tersebut dan tidak disebutkan lokasi pelaku yang melakukan serangan siber.
PM Lee melalui halaman Facebooknya mengatakan, data yang dicuri tersebut tidak berkaitan dengan rahasia negara.
Penyelidikan awal menunjukkan bahwa satu workstation front-end SingHealth terinfeksi dengan malware sehingga para peretas mendapatkan akses ke basis data.
SingHealth telah menerapkan pemisahan surfing Internet sementara di semua 28.000 komputer kerja stafnya. Institusi kesehatan publik lainnya akan melakukan hal yang sama.
Aktivitas tersebut terdeteksi pada 4 Juli di salah satu database IT SingHealth.
Tindakan keamanan langsung dilakukan, termasuk pemblokiran koneksi yang meragukan dan perubahan kata sandi untuk merintangi para peretas.
Tidak ada pencurian data lebih lanjut setelah 4 Juli.
Singapore memastikan bahwa semua catatan pasien dalam sistem TI SingHealth tetap utuh dan tidak ada gangguan layanan perawatan kesehatan.
SingHealth akan menghubungi semua pasien yang mengunjungi klinik rawat jalan spesialis dan poliklinik dari 1 Mei 2015, hingga 4 Juli 2018, untuk memberi tahu mereka bahwa data pribadi mereka telah dicuri.
Pesan SMS akan dikirim ke semua pasien selama lima hari ke depan.
Pasien juga dapat mengakses aplikasi mobile Health Buddy dan situs web SingHealth untuk memeriksa, apakah mereka terkena dampak pencurian tersebut.
Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Serangan Siber Terburuk Landa Singapore. Data 1,5 Juta Pasien SingHealth Dicuri, Termasuk PM Lee