Persoalan Lapas Sukamiskin, Fahri Hamzah Sebut Tidak Ada Moral di Republik Ini
"Ada persengkokolan yang buat kita frustasi karena memang sudah tidak ada moral di Republik ini. Hanya di KPK yang memiliki moral yang murni."
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Y Gustaman
TRIBUNJAKARTA.COM - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah angkat bicara terkait persoalan di Lapas Sukamiskin, Kota Bandung.
Petugas KPK menggeldah Lapas Sukamiskin pada Sabtu (21/7/2018) dini hari dan menemukan sejumlah sel kosong alias penghuninya tidak ada di penjara, di antaranya sel narapidana kasus korupsi Fuad Amin Imron dan TB Chaeri Wardhana (Wawan).
Tak hanya itu, petugas juga mendapatkan saung untuk berkumpul warga binaan dengan tamu.
Kementerian Hukum dan HAM memerintahkan pembongkaran 32 saung di Lapas Klas I Sukamiskin, Bandung, Selasa (24/7/2018) malam.
Pelaksana Tugas Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Jabar, Dodot Adi Koeswanto, dan Plh Kalapas Sukamiskin Kusnali, langsung memimpin pembongkaran saung sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB.
"Ada 32 saung yang kami bongkar. Ini sudah sesuai arahan Dirjen Pemasyarakatan pada waktu lalu. Setalah dibongkar akan dibangun tempat baru yang dibangun oleh negara," kata Dodot kepada wartawan pada Rabu (25/7/2018) dini hari.
Dodot menyampaikan saung yang dibongkar tersebut dibangun dari warga binaan sejak dulu.
Pembangunan saung yang baru dari uang negara sehingga tidak ada lagi keistimewaan di antara warga binaan.
"Akan dibangun tempat yang representatif yang bisa digunakan oleh semua warga binaan, tidak untuk pribadi warga binaan. Awal permasalahan ialah, di saat ada pembeda-bedaan perlakuan terhadap warga binaan," kata Dodot.
Di antara kantor dan blok hunian, kata Dodot, menjadi tempat yang seharusnya untuk membesuk warga binaan.
• Jawab Pertanyaan Mardani Ali Maju Caleg Lewat PDI Perjuangan, Johan Budi: PKS Enggak Pernah Nawarin
Lokasi saung yang dibongkar nantinya dipakai untuk membangun tempat membesuk yang baru.
Menurut dia, saung bikina warga binaan tidak sesuai dengan peruntukannya.
Tujuan pembongkaran ini sekaligus untuk menghilangkan anggapan publik tentang adanya keistimewaan di balik Lapas Sukamiskin.
Barang-barang yang diangkut hasil pembongkaran saung ialah didominasi bambu, lemari, kasur busa, dan perlengkapan dapur untuk memasak.
Dodot menegaskan tidak akan ada perbedaan saat jam besuk, karena selama ini berlangsung normal mulai pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB.
Puluhan mobil truk dan mobil bak terbuka masuk keluar Lapas Sukamiskin untuk mengangkut barang dari saung yang dibongkar.
Barang-barang tersebut diantarkan ke rumah barang sitaan yang lokasinya tidak jauh dari Lapas Sukamiskin.
• Gugat Cerai Dipo Latief, Nikita Mirzani Sudah Siap Berpisah
Adanya kejadian tersebut membuat Dirjen Pemasyarakatan (PAS) Kementerian Hukum dan Ham, Sri Puguh Budi Utami meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia.
"Kami mohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas kejadian ini. Kepada Bapak Presiden, dan tentunya kepada Bapak Menkumham," ujar Utami di Kementerian Hukum dan HAM, Kuningan, Jakarta, Sabtu (21/7/2018) malam.
Utami mengakui kejadian di Lapas Sukamiskin merupakan masalah serius dan akan dilakukan revitalisasi di seluruh lapas.
"Ini masalah serius dan sejatinya secara paralel kami sedang mempersiapkan adanya revitalisasi permasyarakatan sebagai bagian dari sistem peradilan pidana," katanya.
Utami mengatakan telah mempersiapkan proses revitalisasi lapas yang akan dimulai pada Agustus.
"Ini adalah kejadian yang sama sekali di luar dugaan kami," katanya.
Utami mengatakan ia menghormati proses hukum yang diajukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kini adanya persoalan di Lapas Sukamiskin itu mendapatkan sorotan publik hingga kemudian Fahri Hamzah angkat bicara.
Dalam video YouTube Channel Indonesia Lawyer Club tvOne yang diposting pada Selasa (24/7/2018).
"Pertama-tama kita sebagai bangsa itu sering punya persoalan di dalam cara mengidentifikasi persoalan, itulah yang menyebabkan kita sering underestimate dengan luasnya persoalan dan kita tidak melakukan tindakan yang memadai. Kita hanya menghibur publik seolah-olah kita sedang bekerja," ungkap Fahri.
Fahri mengungkapkan, dalam kasus lapas vs penjara, publik kerap terjebak dua pendekatan di antaranya isu moral atau sistem.
Meski demikian, Fahri mengatakan, publik kerap terjebak dengan isu moral.
• Tiket Pesawat Emirates PP ke Dubai dan Eropa, Paling Murah Rp 10 Juta
"Ada persengkokolan yang buat kita frustasi karena memang sudah tidak ada moral di Republik ini. Hanya di KPK yang memiliki moral yang murni," tutur politikus PKS ini.
"Jadi karena kita mengidentifikasi persoalan menjadi isu moral maka tidak selesai," lanjut dia.
Menurut Fahri, seharusnya persoalan ini harus mengidentifikasi terkait sistem.
"Saya pernah menjadi pimpinan Komisi 3, saya sempat keliling lihat lapas di Indonesia. Menurut saya lapas yang sesuai dengan paradigma kemasyarakatan yaitu Lapas Sukamiskin," kata Fahri.
"Jadi di tempat lain tidak ada tempat yang layak bagi kemanusiaan dan hak asasi manusia..rata-rata over capacity..itu yang menyebabkan hal-hal yang manusiawi terjadi," lanjutnya.
Fahri menjelaskan, setiap orang memiliki kebutuhan biologis yang harus dipenuhi sehingga ketika tidak tersedia maka orang akan menyewa kamar.
"Orang-orang juga punya kebutuhan yang berbeda sehingga dipenuhi secara private," tegasnya.
Peliknya persoalan di Lapas Sukamiskin membuat Fahri mengutarakan, apabila dilihat skalanya permasalahan ini tak diselesaikan karena presiden tidak tahu akar persoalannya.
"Saya kira tidak ada yang care skala persoalannya dan penyelesaiannya secara sistemik, ini menyebabkan akhirnya membuat kita sensasi yang dibuat KPK adalah segala-galanya," beber dia.
Simak Videonya: